Selasa 15 Feb 2022 20:23 WIB

Ini yang Harus Dilakukan Jika Kepala Kena Benturan Keras

Dokter menganjurkan agar benturan di kepala tidak disepelekan.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Ini yang harus Anda lakukan jika kepala terbentur keras. (ilustrasi)
Foto: www.freepik.com.
Ini yang harus Anda lakukan jika kepala terbentur keras. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Benturan pada kepala yang keras bisa berpotesi mematikan, seperti yang dialami oleh aktor Full House, Bob Saget. Untuk menghindari risiko mematikan terkait benturan kepala, ada beberapa tips yang bisa dilakukan. 

Pada pekan lalu, Saget dinyatakan meninggal di usia 65 tahun akibat trauma atau benturan pada kepala. Sesaat setelah mengalami benturan di kepala, Saget menganggapnya hal biasa dan tidak melakukan apa-apa.

Baca Juga

"Lalu dia pergi tidur," ujar keluarga Saget, seperti dilansir Men's Health, Selasa (15/2/2022).

Meski tampak biasa, dokter menganjurkan agar benturan di kepala tidak disepelekan. Terlebih bila mumcul gejala seperti disorientasi atau pusing setelah benturan terjadi.

Menurut Harvard Medical School, laki-laki memiliki kemungkinan empat kali lebih tinggi untuk mengalami cedera dibandingkan perempuan. Penyebab tersering dari cedera adalah terjatuh dan kecelakaan kendaraan.

Salah satu masalah yang mungkin terjadi adalah concussion atau gegar otak. Secara umum, gegar otak adalah cedera otak traumatis ringan yang menyebabkan disfungsi otak sementara. 

Menurut UPMC Sports Medicine Concussion Program, lima dari 10 kasus gegar otak tidak terdeteksi atau terlaporkan. Seseorang bahkan bisa tidak menyadari dirinya mengalami gegar otak.

Untuk melindungi diri dari maslaah terkait benturan keras di kepala, salah satu yang perlu dilakukan adalah tidak menyepelekan benturan di kepala. Bila mengalami benturan keras, coba periksakan kondisi kepala ke dokter. Bila benturan yang terjadi ringan, coba istirahat sejenak untuk mencegah terjadinya benturan lagi. Bila benturan ringan terjadi berulang, coba periksakan diri ke dokter.

Perlu dipahami pula bahwa cara terbentur tidak selalu berkaitan dengan seberapa berat cedera. Sebagai contoh, terjatuh dari kursi bar dalam kondisi mabuk bisa membuat kepala terbentur lantai dan menyebabkan cedera otak berat meski kursi bar tidak begitu tinggi.

Hal lain yang penting dilakukan adalah mewaspadai gejala gegar otak setelah benturan kepala terjadi. Gejala gegar otak bisa tampak tidak terlalu jelas dan hanya berlangsung sementara. Sebagian gejala tersebut adalah menjadi mudah tersandung atau cepat melupakan sesuatu.

Beberapa gejala lain dari gegar otak adalah kehilangan kesadaran, kehilangan koordinasi atau keseimbangan, pening, dan perubahan penglihatan. Gejala lain yang juga dapar terjadi adalah mual dan/atau muntah, kesulitan berkonsentrasi, kebingingan, kesulitan memahami percakapan atau bicara, dan kesulitan membaca atau menulis.

Di samping itu, ada lima gejala lain yang juga penting untuk diwaspadai setelah bentran kepala terjadi. Gejala tersebut di antaranya adalah masalah ingatan, sakit kepala, lemah, perubahan perilaku termasuk mudah marah, dan kejang.

Bila gejala gegar orak ini muncul, meski ringan atau dalam waktu singkat, akan lebih baik bila gejala tersebut diperiksakan ke dokter. Bila gejala tak membaik setelah beberapa jam atau bahkan memburuk, segera periksakan diri ke dokter. 

"Itu bisa menjadi tanda sesuatu sedang berkembang, seperti gumpalan darah di otak, yang sebenarnya sangat labfka namun bisa terjadi," ujar ahli neurologi dari Cleveland Clinic, Edward Benzel MD.

Perlu diketahui pula bahwa gejala gegar otak tak selalu muncul sesaat setelah cedera. Gejala gegar otak bisa baru muncul enam atau tujuh jam setelah cedera.

Bila terdiagnosis dengan gegar otak, ada beberapa hal yang dapat membantu mempercepat pemulihan. Sebagian di antaranya adalah tidur yang cukup, batasi screen time dan aktivitas yang bisa menegangkan mata, hindari aktivitas yang terlalu melelahkan fisik, hindari minuman beralkohol, dan mulai aktivitas kembali secara perlahan.

Cedera pada kepala terkadang juga bisa menyebabkan retaknya tengkorak kepala yang berpotensi memicu terbentuknya gumpalan darah atau perdarahan yang mematikan. Kondisi ini kerap disertai dengan gejala seperti keluarnya cairan bening atau darah dari telinga atau hidung. 

Gejala lain yang bisa terjadi adalah memar yang mucul di belakang telinga atau sekitar mata. Memar di kedua area tersebut bisa menjadi tanda adanya perdarahan internal.

Gejala lain yang perlu diwaspadai adalah lemas pada satu sisi tubuh. Selain itu, hematom epidural ayau gumpalan darah yang terbentuk di bawah tengkorak kepala pada mulanya mungkin tak menunjukkan gejala berarti. Namun seiring waktu, kondisi ini bisa semakin berar dan memicu koma atau bahkan kematian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement