REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau pada perdagangan Senin (21/2). Sempat mencatat rekor tertinggi baru sepanjang masa, IHSG parkir di level 6.902,96 atau menguat tipis 0,15 persen dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Penguatan IHSG ditopang oleh sektor teknologi, finansial, bahan dasar serta barang konsumsi primer yang bergerak positif dan mendominasi kenaikan. Investor asing di seluruh pasar membukukan pembelian bersih sebesar Rp 608 miliar.
Saham yang paling banyak biburu asing adalah BBRI dengan pembelian mencapai Rp 234,4 miliar. BBRI pun lantas melompat ke posisi Rp 4.490 per saham atau menguat sebesar 1,35 persen. Selanjutnya ARTO dibeli hingga mencapai Rp 178,9 miliar dan harga sahamnya terbang ke level Rp 16.000 per saham atau menguat 3,56 persen.
Meski ditutup menguat, IHSG sempat tertekan ke zona merah dan melemah ke posisi 6.886,32 pada perdagangan sesi kedua. Pelemaham sejumlah saham blue chip menjadi pemberat laju IHSG seperti BUKA yang terkoreksi 3,21 persen, EXCL menyusut 2,37 persen, MNCN terpangkas 1,60 persen, MDKA melemah 1,04 persen hingga BBNI turun 0,94 persen.
Pilarmas Investindo Sekuritas mengatakan pelaku pasar merespons positif kinerja current account Indonesia pada kuartal akhir tahun lalu yang mencatatkan surplus. "Akhir pekan kemarin Bank Indonesia merilis kinerja current account kuartal 2021 mengalami surplus masih menopang katalis positif," kata Pilarmas Investindo Sekuritas dalam risetnya, Senin (21/2).
Surplus transaksi berjalan tersebut didukung oleh surplus neraca perdagangan barang seiring tetap kuatnya kinerja ekspor yang dipengaruhi oleh permintaan global dan akselerasi harga komoditas ekspor. Pasar memandang kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) secara keseluruhan tahun 2021 mencatat surplus tinggi, sehingga ketahanan sektor eksternal tetap terjaga.
Sementara dari faktor eksternal, menurut riset, pelaku pasar dan investor saham Asia terlihat masih terbebani konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Disaat bersamaan presiden AS Joe Biden dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah sepakat untuk mengadakan pertemuan puncak tentang krisis Ukraina.
"Pasar berharap pertemuan diplomatik tersebut menghasilkan solusi sehingga ketegangan kedua negara tersebut tidak memanas," kata Pilarmas Investindo Sekuritas.