REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Harta pangkat dan jabatan tidak membuat Abu Dawud silau terhadapnya. Dia pernah menolak permintaan khalifah untuk mengajarkan ilmu khusus anak-anaknya.
Ustaz Muhammad Yasir Lc dalam bukunya "Berjalan Jauh Mencari Ilmu" menceritakan kisah penolakan Abu Dawud atas permintaan khalifah itu. Kisah ini diambil dari kitab Mukhtarat min Siyar A'lam Nubala, Adz-Dzahabi, Umar Sulaiman AL Asyqar, Daru Nafais, Urdun.
Abu Dawud As-Sijistani adalah nama sebuah desa di Bashrah, tempat Abu Dawud dilahirkan. Abdullah bin Muhammad Al-Makki telah menceritakan kepada Al-Khathabi, Abu Bakar bin Jabir, pelayan Abu Dawud, telah menceritakan kepada Al- Khathabi, semoga Allah merahmatinya.
Suatu hari, Abu Dawud dan pelayannya pergi ke Baghdad. Ketika waktu maghrib tiba, mereka sholat berjamaah. Tiba-tiba, Amir Abu Ahmad Al-Muwaffaq menghampirinya.
Kedatangannya disambut hangat oleh Abu Dawud. "Apa yang membuatmu datang kemari, di saat seperti ini?" tanya Abu Dawud.
"Ada tiga urusan," jawab Amir Al-Muwaffaq.
"Urusan apa itu?"tanya Abu Dawud.
"Sebaiknya engkau tinggal saja di Bashrah, supaya para pelajar dari seluruh dunia datang dan belajar kepadamu. Dengan begitu, kota Bashrah akan ramai lagi karena Bashrah ini sudah hancur dan ditinggalkan orang akibat tragedi Zenji," ujar sang Amir.
"Itu yang pertama, Kemudian apa yang kedua?" kata Abu Dawud.
"Hendaknya engkau bersedia mengajarkan kitab karanganmu, Sunan Abu Dawud kepada anak- anakku," kata sang Amir.
"Lalu,apa yang ketiga?" tanya Abu Dawud lagi.
"Buatlah majelis sendiri untuk mengajarkan hadits kepada anak-anak khalifah yang enggan duduk bersama masyarakat umum," jawab sang Amir.
"Wahai Amir, permintaan ketiga tidak bisa aku lakukan. Sebab derajat manusia di mata ilmu itu sama," jawab Abu Dawud.
Sejak saat itu, putra-putra khalifah menghadiri majelis Abu Dawud bersama masyarakat umum dengan hanya diberi tirai pemisah.
Abu Dawud adalah imam dan tokoh ahli hadits, serta penulis kitab sunan Abu Dawud. Beliau Lahir tahun 202 H di Sijistan. Sejak kecil, Abu Dawud sangat Mencintai ilmu dan sudah bergaul dengan para ulama untuk menimba ilmunya.
Lalu, di usia belasan tahun, beliau telah berkecimpung dalam bidang hadits. Karena pada tahun 221 H, ia sudah berada di Baghdad, pusat perkembangan ilmu saat itu. Setelah itu, ia mengunjungi berbagai negara untuk mendapatkan ilmu Langsung dari sumbernya.