Kamis 24 Feb 2022 05:30 WIB

Jika India Tetap Larang Jilbab dan Mengapa Muslimah Mesti Dilindungi?

Muslimah India terancam sulit akses hak publiknya dengan larangan jilbab

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
 Pelajar Muslimah India meneriakkan slogan-slogan selama protes menentang pelarangan gadis Muslimah mengenakan jilbab menghadiri kelas di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India selatan, di New Delhi, India, Selasa, 8 Februari 2022. Staf sekolah menengah dan pihak berwenang menuduh gadis-gadis itu menentang aturan yang seragam tetapi para siswa mengatakan bahwa mereka kehilangan hak yang dijamin secara konstitusional untuk mempraktikkan keyakinan mereka.
Foto: AP Photo/Altaf Qadri
Pelajar Muslimah India meneriakkan slogan-slogan selama protes menentang pelarangan gadis Muslimah mengenakan jilbab menghadiri kelas di beberapa sekolah di negara bagian Karnataka, India selatan, di New Delhi, India, Selasa, 8 Februari 2022. Staf sekolah menengah dan pihak berwenang menuduh gadis-gadis itu menentang aturan yang seragam tetapi para siswa mengatakan bahwa mereka kehilangan hak yang dijamin secara konstitusional untuk mempraktikkan keyakinan mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, KARNATAKA— Isu larangan hijab di negara bagian di India, Karnataka menjadi perbincangan publik internasional. Video seorang gadis Muslimah, Muskan Khan yang meneriakkan takbir sambil dikepung orang-orang yang memprotes hijab, menjadi viral dan ikon perlawanan aturan intoleran tersebut.  

Isu ini dimulai dari pelarangan jilbab oleh perguruan tinggi negeri di Karnataka dan menutup gerbang bagi mahasiswi Muslim berhijab. Namun isu ini kemudian menarik gerombolan pemuda yang dipengaruhi Hindutva (dan juga beberapa wanita muda) yang mengejek hijabi.

Baca Juga

Dilansir dari Scroll.in, Selasa (22/2/2022). peneliti asal Mumbai, Sameera Khan menyebut, harus diakui bahwa India saat ini ada pengerasan sikap yang nyata terhadap umat Islam secara umum dan peningkatan perasaan negatif dan tindakan jahat terhadap mereka.  

Sementara tiga dekade terakhir telah melihat peningkatan kekerasan dan kebencian terhadap Muslim, sejak 2014 kekerasan ini tidak hanya dinormalisasi tetapi bahkan dimaafkan oleh negara.

Setiap insiden pemanggilan nama, kerusuhan, hukuman mati tanpa pengadilan, dan lainnya telah mendorong polarisasi spasial dan sosial yang berkembang antara umat Hindu dan Muslim yang menyebabkan ketidakpercayaan dan prasangka di antara komunitas. 

Hal ini terutama berdampak pada kelompok yang paling tidak berdaya dalam komunitas ini, yaitu perempuan.

"Penelitian saya menunjukkan bahwa Muslim sebagai komunitas merasa di bawah ancaman dan pengawasan dan ini memperumit masalah seputar akses perempuan Muslimah ke fasilitas publik dan keamanan," katanya. 

Terlebih akses Muslimah ke pendidikan, baik di tingkat pendidikan menengah, menengah atas dan lanjutan akan sangat terdampak. 

Sebuah  organisasi non-pemerintah yang bekerja di bidang pendidikan dan kesetaraan gender India memperingatkan adanya peningkatan angka putus sekolah di kalangan anak perempuan Muslimah saat pandemi Covid-19, telah memperburuk ketidakadilan pendidikan.

Baca juga: Mualaf Edy, Takluknya Sang Misionaris di Hadapan Surat Al Ikhlas

 

Data ini menunjukkan bahwa anak perempuan sering secara sistematis dikeluarkan dari lembaga pendidikan dalam banyak hal termasuk kasta dan agama. Hal ini menjadi sebuah fakta yang jarang diakui atau didiskusikan.

Dalam sebuah laporan, seorang gadis Karnataka, Aliya Asadi (17 tahun) merupakan peraih medali emas karate negara bagian Karnataka, bahkan bisa merasakan kompetisi tingkat nasional lima tahun yang lalu.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement