Kamis 24 Feb 2022 10:09 WIB

Prospek Saham BUKA di Tengah Tren Kenaikan Suku Bunga

Pengamat menyebut penurunan saham BUKA sejalan dengan perusahaan teknologi global

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Logo Bukalapak. Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, mengatakan penurunan saham BUKA sejalan dengan perusahaan teknologi global. Nasdaq yang fokus pada saham teknologi atau tech stock telah terkoreksi sebesar 15,48 persen sejak awal tahun.
Foto: Wikimedia Commons
Logo Bukalapak. Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, mengatakan penurunan saham BUKA sejalan dengan perusahaan teknologi global. Nasdaq yang fokus pada saham teknologi atau tech stock telah terkoreksi sebesar 15,48 persen sejak awal tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren kenaikan suku bunga masih membayangi pergerakan saham teknologi. PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) menjadi salah satu emiten yang sahamnya dipengaruhi sentimen kenaikan suku bunga. 

Head of Equity Research and Strategy Mandiri Sekuritas, Adrian Joezer, mengatakan penurunan saham BUKA sejalan dengan perusahaan teknologi global. Nasdaq yang fokus pada saham teknologi atau tech stock telah terkoreksi sebesar 15,48 persen sejak awal tahun. 

Baca Juga

"Penurunan saham BUKA seiring dengan valuasi perusahaan teknologi dunia yang juga dalam tren menurun. Kenapa valuasinya turun? Karena ada kekhawatiran bahwa suku bunga global akan naik," kata Adrian dalam jumpa pers virtual, Rabu (23/2).

Adrian menjelaskan, perusahaan teknologi sangat sensitif dengan kenaikan suku bunga. Seperti diketahui, Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) telah siap menaikkan suku bunga acuan pada Maret mendatang dan diperkirakan akan mencapai tujuh kali pada tahun ini. 

Kenaikan suku bunga ini disebut akan memicu investor beralih ke investasi yang memberikan imbal hasil menarik. Selain kenaikan suku bunga, penuruna  saham BUKA juga dipengaruhi oleh naiknya harga komoditas seperti batu bara dan minyak dunia. 

Baca juga: Alhamdulillah, Pemerintah Akhirnya Siapkan Subsidi Kedelai untuk Perajin Tahu Tempe

"Saat BUKA IPO, komoditas batu bara sedang naik tajam, harga minyak juga mulai tinggi. Itu yang menyebabkan investor mulai berotasi ke sektor yang sifatnya lebih ke arah old economy karena terjadi perbaikan dari sisi fundamental di sektor tersebut," terang Adrian. 

Menurut Adrian, saham BUKA masih berpotensi diapresiasi oleh pasar jika perusahaan bisa mencetak keuntungan. Berkaca dari AS, perusahaan yang memiliki valuasi dan pangsa pasar super premium saat ini adalah perusahaan teknologi. Kondisi ini akan dialami oleh perusahaan teknologi saat mereka sudah profitable.

"Karena perusahaan teknologi itu sewaktu mereka profitable tidak terbendung dari sisi kekuatan mereka untuk investasi ke lini bisnis lain," kata Adrian.

Untuk memastikan perusahaan teknologi bisa profitable, menurut Adrian, invetsor harus memperhatikan model bisnis perusahaan. Selain itu, investor juga harus memastikan kekuatan pendanaan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai bisnisnya. 

Pada penutupan perdagangan sesi pertama hari ini, Rabu (23/2), saham BUKA menguat 1,14 persen ke level 354. Meski demikian, sejak awal tahun saham BUKA sudah terpangkas cukup dalam sebesar 17,67 persen dan masih dalam tren menurun sejak IPO di harga 850.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement