Jumat 25 Feb 2022 21:21 WIB

Zakat yang Terus Menghadapi Tantangan

LAZ sangat bergantung pada stabilitas ekonomi para donatur dan muzaki.

Dirut BMH, Supendi.
Foto: Dok BMH
Dirut BMH, Supendi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Supendi (Direktur Utama Laznas BMH)

Umat Islam satu sisi harus berjuang menghadapi pandemi. Di sisi lain juga harus terus melangkah tanpa lelah membuktikan zakat benar-benar dapat mendorong kemajuan bangsa dan negara.

Hal ini karena umat Islam merupakan komponen terbesar bangsa yang selayaknya terlibat aktif membangun bangsa dan negara.

Di sisi lain, pergerakan Islam terutama dalam hal zakat merupakan bagian yang integral dalam pergerakan rakyat Indonesia.  Sehingga,  upaya untuk menjadikan zakat sebagai pendorong kemajuan harus terus menjadi komitmen bersama.

Dalam dimensi historis terbukti zakat benar-benar menjawab problematika kehidupan umat secara mendasar dan menyeluruh. Tidak heran jika kemudian dalam pandangan Syaikh Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya "Fikih Daulah: Dalam Perspektif Alquran dan Sunnah" zakat harusnya memberikan kecukupan kepada fakir dan miskin serta asnaf lainnya. Jadi zakat bukan semata karitatif sporadis belaka.

"Zakat bukan sekedar uluran bantuan selintas lalu, dengan sejumlah uang atau sesuap makanan, tapi pada dasarnya di dalam zakat ini terkandung pemenuhan hak secara menyeluruh bagi orang miskin dan keluarganya. Sehingga,  bisa memenuhi semua kebutuhan pokoknya, seperti makan, minum, pakaian, tempat tinggal dan pendidikan anak-anaknya serta apa pun yang menjadi kebutuhan keluarga, tanpa berlebih-lebihan maupun pembatasan," ujarnya.

Fakta di tengah pandemi

Mewujudkan zakat pada tataran ideal di atas semakin berhadapan dengan tantangan ketika melihat realitas kemiskinan sepanjang pandemi 2020 sampai 2021.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk miskin pada bulan September 2021 sebanyak 26,50 juta. Angka itu bertambah dibanding masa pra Covid-19 pada September 2019 sebesar 24,78 juta orang, atau sebesar 24,78 persen  dari jumlah penduduk Indoneisa.

Fakta yang juga penting mendapat perhatian adalah jumlah anak yatim piatu yang jumlahnya bertambah pesat sepanjang Covid-19. Jakarta misalnya, Pemprov DKI Jakarta mencatat sekitar 4.000 anak menjadi yatim piatu akibat pandemi Covid-19.

Sekelumit fakta di atas sudah membuat Lembaga Amil Zakat (LAZ) harus siap dengan beragam program penanggulangan secara berkesinambungan. Sementara di sisi lain, ekonomi belum seutuhnya pulih.

Penting disadari sebagai lembaga mandatory, LAZ sangat bergantung pada stabilitas ekonomi para donatur dan muzaki. Jika kekuatan ekonomi mereka (donatur dan muzaki) terganggu maka LAZ tidak dapat bergerak lincah dan masif. Namun di sini tantangan kembali hadir bagaimana LAZ tetap mengajak mereka yang mampu sadar dan membayar zakat kemudian mau berbagi dengan infak dan sedekah.

Kejar keberkahan

Namun demikian tak ada istilah menyerah. Umat Islam dalam segenap potensi dan kapasitasnya harus sama-sama berjuang mengejar keberkahan dalam ajaran Islam. Tidak malah berpikir sebaliknya yang merusak kualitas diri mulai dari iman, karakter dan integritas.

Islam senantiasa mendorong agar umatnya maksimal dalam ikhtiar, mengambil rezeki dengan cara yang baik dan halal, termasuk dalam hal memanfaatkan dan menggunakannya. Terlebih situasi pandemi telah menyebabkan apa yang disebut oleh World Bank (2020) sebagai "Economic Shock" bagi masyarakat. Hal ini berarti kesulitan seakan mengepung kehidupan umat, mulai dari kesehatan, sosial, pendidikan hingga ekonomi.

Akan tetapi kita tidak boleh menyerah. Upaya untuk menghadapi tantangan ini harus terus dilakukan dengan tetap menunaikan kewajiban zakat dan memperbanyak infak dan sedekah. Sebab dalam ketaatan itu ada janji Allah berupa keberkahan.

Islam menjelaskan bahwa setiap harta yang dikeluarkan di jalan-Nya akan menumbuhkan rezeki yang baik bagi yang mengamalkan dan menghadirkan pemberdayaan bagi yang menerimanya.

Sebab zakat, infak dan sedekah yang dilakukan oleh muzaki akan menjadikan mereka yang berhak menerima dapat menyelamatkan kehidupan dan kebutuhan primer dalam keseharian, sehingga mereka mampu bertahan menghadapi kesulitan dan tekanan. Dengan kata lain zakat, infak dan sedekah itu menghidupkan, mempertahankan dan memberdayakan.

Puncaknya, kondisi sulit harus semakin menumbuhkan semangat mendapatkan keberkahan dari sisi Allah Ta'ala. Sebagaimana pesan Nabi Muhammad SAW. "Carilah keridhaan-Ku dengan berbuat baik kepada orang-orang lemah, karena kalian diberi rezeki dan ditolong disebabkan orang-orang lemah di antara kalian.” (HR. Abu Dawud).

*) Penulis adalah direktur utama Laznas BMH.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement