Sabtu 26 Feb 2022 10:26 WIB

'Nasionalis Ukraina Sodorkan Warga Sipil Sebagai Tameng Manusia'

Duta Besar Rusia untuk PBB menyebut warga sipil Ukraina jadi tameng manusia

 Seorang wanita Ukraina menggendong seorang anak setelah melintasi perbatasan dari Ukraina di perbatasan Rumania-Ukraina, di Siret, Rumania, Jumat, 25 Februari 2022. Duta Besar Rusia untuk PBB menyebut  warga sipil Ukraina jadi tameng manusia.
Foto: AP/Andreea Alexandru
Seorang wanita Ukraina menggendong seorang anak setelah melintasi perbatasan dari Ukraina di perbatasan Rumania-Ukraina, di Siret, Rumania, Jumat, 25 Februari 2022. Duta Besar Rusia untuk PBB menyebut warga sipil Ukraina jadi tameng manusia.

REPUBLIKA.CO.ID, PBB - Kaum nasionalis di Ukraina dituding menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia. Pernyataan ini diungkapkan Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzia.

“Presiden (Vladimir]) Putin dan Kementerian Pertahanan Rusia secara eksplisit dan jelas menyatakan bahwa tidak akan ada serangan yang menargetkan infrastruktur sipil tetapi kaum nasionalis sudah menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia,” kata Nebenzia dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Jumat (25/2/2022) dikutip dari Sputnik.

Baca Juga

Berbicara tentang rancangan resolusi DK PBB yang menargetkan Moskow, yang diajukan pada Jumat dan diveto oleh Rusia, diplomat itu menyebutnya “langkah brutal dan tidak manusiawi lainnya di papan catur Ukraina ini”.

Pada Jumat, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa penasihat Pentagon dan CIA telah mengajari tentara Ukraina cara menggunakan sistem artileri berpeluncur roket di daerah permukiman untuk memprovokasi tembakan balasan pada penduduk setempat. “Metode ini secara aktif digunakan oleh teroris yang diawasi oleh CIA di Timur Tengah dan negara-negara lain,” jelas Kementerian Pertahanan.

Kremlin mengumumkan pada Kamis (24/2/2022) bahwa Rusia telah memulai operasi militer khusus di Ukraina untuk membersihkan negara dari Nazi. Operasi dilancarkan setelah republik rakyat Donetsk dan Lugansk meminta bantuan dalam mempertahankan diri dari agresi Kiev, karena Angkatan Darat Ukraina telah mengintensifkan penembakan terhadap Donbas. Langkah itu disebut melanggar ketentuan gencatan senjata dari perjanjian Minsk, yang implementasinya telah diabaikan secara terbuka oleh pemerintah Ukraina.

Dalam pidatonya pada Jumat, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bentrokan tidak terjadi antara prajurit Rusia dan unit reguler Ukraina. Akan tetapi dengan formasi nasionalis, yang mengerahkan senjata berat, termasuk beberapa sistem peluncuran roket, tepat di wilayah tengah kota-kota besar. Mereka bersembunyi di belakang orang-orang dengan harapan nantinya akan menyalahkan Rusia atas korban sipil.

Militer Rusia menegaskan operasi khusus tidak menargetkan penduduk sipil. Rusia tidak berniat "menduduki" Ukraina dan pasukan akan meninggalkan negara itu setelah operasi selesai.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement