REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan menilai, sejak masa transisi Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta pada 2017, posisi kemacetan Jakarta sesuai indeks Tomtom Trafik turun pesat. Menurutnya, dari peringkat empat seluruh dunia, Jakarta kini ada di peringkat 46.
“Bayangkan, dari peringkat empat, dalam waktu lima tahun kita turun dari posisi keempat kota termacet di dunia. Sekarang kita posisi 46 di dunia,” kata Anies dalam acara Jakarta E-Mobility Event yang disiarkan daring, Selasa (1/3).
Anies memerinci, dalam waktu setahun, transformasi perubahan lalu lintas membuat Jakarta turun dari peringkat ke empat menjadi ketujuh. Setahun kemudian, turun lagi ke peringkat 10, hingga akhirnya pada 2019 dan 2020 turun pesat ke peringkat 31.
“Ini bukan hanya karena pekerjaan kami di pemerintahan, tapi juga adanya keinginan warga berubah atau mengubah rutinitas harian ke dalam pendekatan lebih sustainable,” kata dia.
Lebih jauh dia mengatakan, hingga kini pihaknya juga sedang berupaya mempercepat upaya clean mobility di Jakarta, termasuk ke arah kendaraan listrik. Menurutnya, hal itu akan dilakukan bertahap dengan mengganti armada transportasi umum menjadi elektrik dan selesai pada 2025.
“Setelah itu, kami pastikan sebagian besar wilayah di DKI bebas emisi pada 2030. Itu yang kami janjikan,” kata dia.
Anies menambahkan, akselerasi itu didorong dengan effort besar, sejalan laporan IPCC pada 2022 yang menggarisbawahi pentingnya akselerasi adaptasi perubahan iklim. Dia mengatakan, untuk mencapai target pada 2030, proses saat ini baru mencapai 26 persen. “Kami optimistis, bisa mencapai net zero pada 2050,” katanya.