Kamis 03 Mar 2022 00:30 WIB

Tafsir Surat Hud Ayat 7 tentang Penciptaan Langit, Bumi dan Arasy

Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Ani Nursalikah
Tafsir Surat Hud Ayat 7 tentang Penciptaan Langit, Bumi dan Arasy
Foto: EPA-EFE/JUSTIN LANE
Tafsir Surat Hud Ayat 7 tentang Penciptaan Langit, Bumi dan Arasy

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Alquran menerangkan Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa melalui proses penciptaan yang rapi dan teratur. Sebelumnya, Allah menciptakan Arasy di atas air. Tujuan penciptaan ini dijelaskan dalam Surat Hud Ayat 7 dan tafsirnya.

وَهُوَ الَّذِيْ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ فِيْ سِتَّةِ اَيَّامٍ وَّكَانَ عَرْشُهٗ عَلَى الْمَاۤءِ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًا ۗوَلَىِٕنْ قُلْتَ اِنَّكُمْ مَّبْعُوْثُوْنَ مِنْۢ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُوْلَنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اِنْ هٰذَٓا اِلَّا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ

Baca Juga

"Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata (kepada penduduk Makah), 'Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati,' niscaya orang kafir itu akan berkata, 'Ini hanyalah sihir yang nyata.'” (QS Hud: 7)

Tafsir Kementerian Agama menerangkan Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa. Dalam ayat ini disebutkan "sittati ayyam" artinya enam hari, akan tetapi pengertian hari di sini tidak dapat disamakan dengan hari seperti yang kita alami sehari-hari. Tetapi disesuaikan dengan hari menurut perhitungan Allah.

Ulama ilmu falak telah menetapkan bahwa hari-hari yang ada hubungannya dengan peredaran bintang-bintang tidak sama dengan kadar hari yang berlaku di bumi ini.

Kemudian Allah menjelaskan bahwa singgasana-Nya sebelum penciptaan langit dan bumi, berada di atas air. Arasy atau singgasana Allah itu termasuk alam gaib, yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, dan tidak mungkin pula dibayangkan atau dikhayalkan bentuk dan rupanya, apalagi caranya Tuhan bersemayam di atas singgasana itu.

Ayat-ayat yang menerangkan hal ini termasuk ayat yang mutasyabihat, yang wajib kita imani kebenarannya dengan menyerahkan pengertiannya kepada Allah. Ummu Salamah, Rabi'ah dan Malik meriwayatkan bahwa para sahabat dalam menafsirkan ayat mutasyabihat seperti itu selalu berkata, "Istiwa (bersemayam-Nya) sudah diketahui akan tetapi caranya tidak diketahui."

Ayat ini menunjukkan bahwa yang berada di bawah Arasy Allah itu ialah air yang oleh Allah dijadikan unsur pokok dalam menciptakan makhluk yang hidup sebagaimana firman-Nya: "Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi keduanya dahulunya menyatu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya; dan Kami jadikan segala sesuatu yang hidup berasal dari air; maka mengapa mereka tidak beriman?" (QS Al-Anbiya': 30)

Kemudian Allah menerangkan bahwa tujuan penciptaan langit dan bumi dalam enam masa, dan adanya Arasy di atas air, yang jadi unsur pokok dari semua makhluk yang hidup adalah untuk menguji siapa di antara manusia yang lebih baik perbuatannya.

Allah telah menyediakan semua yang berada di bumi ini untuk dimanfaatkan manusia, sebagaimana firman-Nya: "Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu." (QS Al-Baqarah: 29)

Semua manusia yang berada di atas permukaan bumi diperintahkan supaya berusaha dengan segala kemampuan dan kesanggupannya, untuk mengambil manfaat isi alam, untuk menggali manfaat alam semesta ini, yang ada di bumi, di lautan dan di udara. Seperti barang tambang yang terdapat di perut bumi, di dasar laut dan sebagainya, supaya digali manfaatnya semaksimal mungkin, untuk dimanfaatkan oleh seluruh umat manusia, sebagai anugerah dari Allah Rabbul 'alamin.

Allah menciptakan langit dan bumi sebagai ujian bagi manusia siapakah di antara mereka yang paling kuat imannya dan paling baik amalannya, yang paling berjasa untuk kemanusiaan, siapa yang paling menonjol keterampilannya, siapa yang paling tinggi hasil produksinya, siapa yang paling jujur dan ikhlas dalam usahanya, dan sebagainya.

Tentulah Allah tidak hanya menguji saja, akan tetapi akan memperhatikan pula hasil ujiannya, dan memberi pahala yang seimbang dengan jasanya. Balasan Allah itu diberikan setelah hari Kiamat. Akan tetapi, ketika Nabi Muhammad SAW berkata kepada kaum musyrikin di Kota Makah bahwa mereka akan dibangkitkan setelah mati untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatannya ketika di dunia. Maka mereka akan menjawab, "Apa yang kamu kemukakan dari Alquran itu hanyalah sihir belaka, untuk menekan kami dan untuk mencegah kami dari kenikmatan dan kelezatan dunia."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement