REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Insiden bencana tanah bergerak terjadi di Kampung Cihuni, Desa Curugpanjang, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, selama sebulan terakhir. Seorang warga setempat Nia (45 tahun), mengaku rumahnya rusak parah akibat bencana itu sehingga terpaksa bersama keluarganya saat ini tinggal di rumah orang tua.
Ketua RT 02, RW 09, Kampung Cihuni, Dayat menyatakan, sejumlah fasilitas umum di kawasan tersebut juga terdampak tanah bergerak, seperti masjid dan MTs Ar-Ribathiyah. Bahkan, tiga ruang kelas madrasah roboh.
Pemerintah Desa Curugpanjang sudah mengajukan permintaan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak terkait dengan relokasi warga. Pemerintah desa telah menyiapkan lahan seluas 2,5 hektare untuk tempat relokasi. Masyarakat telah menyepakati relokasi dan mereka tidak boleh kembali tinggal di kawasan rawan bencana alam itu.
"Kami bersama warga sudah sepakat untuk dilakukan relokasi ke lahan desa itu," kata Yadi di Kabupaten Lebak, Jumat (4/3/2022). BPBD Kabupaten Lebak menyatakan kesiapan merealisasikan program tersebut.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama menjelaskan, Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya mendukung relokasi agar warga tidak berlarut-larut tinggal di pengungsian, karena tentunya tidak nyaman. "Kami berharap relokasi itu secepatnya direalisasikan karena sudah disediakan lahan seluas 2,5 hektare untuk 37 rumah," kata Febby.
Program relokasi melalui pembangunan rumah instan sederhana oleh Dinas Permukiman Provinsi Banten. Pembangunan relokasi menggunakan APBD Lebak dan Dana Desa setempat. Rencana itu juga sudah dilaporkan kepada Bupati Iti agar bisa secepatnya terealisasi.
Saat ini, BPBD setempat melibatkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung untuk melakukan penelitian tanah bergerak di Desa Curugpanjang. Diperkirakan kasus tanah bergerak di desa itu berbeda dengan kejadian di daerah lain. Biasanya, sambung dia, tanah bergerak bermuara pada aliran sungai, namun di Curugpanjang tidak ada aliran sungai.
Tanah bergerak di desa itu, diduga terkait dengan adanya kawasan sumber air di perbukitan. "Kami berharap pekan depan sudah dilakukan penelitian oleh PVMBG Bandung," kata Febby.