Rabu 01 May 2024 18:30 WIB

Akibat Bencana Pergerakan Tanah, Cianjur Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana 14 Hari

Bencana tanah bergerak di Cianjur menyebabkan banyak warga mengungsi.

Jalan retak akibat bencana tanah bergerak (ilustrasi). BPBD Cianjur menetapkan status tanggap darurat bencana selama 14 hari ke depan.
Foto: ANTARA/Oky Lukmansyah
Jalan retak akibat bencana tanah bergerak (ilustrasi). BPBD Cianjur menetapkan status tanggap darurat bencana selama 14 hari ke depan.

REPUBLIKA.CO.ID, CIANJUR -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menetapkan status tanggap darurat bencana (TDB) pergerakan tanah di Desa Jatisari, Kecamatan Bojongpicung, Rabu (1/5/2024) selama 14 hari ke depan. Bencana tersebut menyebabkan banyaknya warga yang mengungsi.

Kepala Pelaksana BPBD Cianjur, Asep Sukma Wijaya, mengatakan penerapan status TDB pergerakan tanah berdasarkan banyaknya rumah terdampak dan adanya pengungsi serta pergerakan tanah yang terus meluas. "Rumah terdampak total 61 rumah ditambah 2 masjid, sedangkan keluarga yang mengungsi sebanyak 67 kepala keluarga dengan jumlah jiwa sekitar 214 orang," katanya.

Baca Juga

Dia menyebut, hingga saat ini tidak ada lokasi pengungsian khusus karena sebagian besar memilih menumpang di rumah sanak saudaranya yang dinilai aman dari pergerakan tanah. Namun sejumlah posko telah dibangun untuk membantu meringankan beban warga.

Status tangap darurat berlaku selama 14 hari, tetapi tidak menutup kemungkinan akan diperpanjang ketika pergerakan tanah masih terjadi dan terus meluas, bahkan pihaknya akan terus memantau perkembangan selama belasan hari TDB. "Kita buat pos pantau untuk mengukur retakan setiap harinya, sehingga selama 14 hari TDB petugas akan membuat laporan, ketika masih terjadi pergerakan akan dilanjutkan masa TDB kalau tidak kita selesaikan di 14 hari," kata dia.

Dia menjelaskan, pihaknya masih menunggu kajian dari berbagai pihak untuk memastikan apakah pemukiman tersebut harus direlokasi atau tidak, namun pihaknya sudah meminta aparat desa dan kecamatan untuk mencari lahan relokasi. "Kalau memang harus relokasi kita sudah memiliki lahan pengganti untuk pemukiman penduduk yang aman, kalau tidak ada sejumlah program yang akan dilakukan termasuk penanaman pohon keras di lokasi perkampungan," ujarnya.

Pihaknya meminta warga kembali menanam pohon berakar kuat. Tujuannya untuk mencegah pergerakan tanah karena bencana yang terjadi saat ini diduga akibat alih fungsi lahan dari hutan menjadi perkebunan pisang. Seperti diberitakan sebelumnya, bencana alam pergerakan tanah melanda tiga kampung di Desa Jatisari, Kecamatan Bojongpicung, Jumat (26/4/2024) menyebabkan puluhan rumah rusak dan 3 rumah ambruk.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement