Jumat 11 Mar 2022 16:46 WIB

Aktivitas Merapi Meningkat, Sleman Siagakan Relawan dan Barak Pengungsian

Gunung Merapi sempat memuntahkan abu panas hingga 5 Km pada Rabu dan Kamis.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ilham Tirta
Gunung Merapi memuntahkan material vulkanik terlihat dari Desa Cangkringan di Sleman, Yogyakarta, Kamis, 10 Maret 2022.
Foto: AP/Slamet Riyadi
Gunung Merapi memuntahkan material vulkanik terlihat dari Desa Cangkringan di Sleman, Yogyakarta, Kamis, 10 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Bupati Sleman, Kustini Purnomo memimpin apel kesiapsiagaan relawan dalam rangka mitigasi bencana erupsi Gunung Merapi. Hal ini tindak lanjut dari peningkatan aktivitas Gunung Merapi pada Rabu dan Kamis (9-10/3/2022), kemarin.

Kustini mengatakan, ini dilakukan untuk mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam rangka menekan resiko bencana erupsi Gunung Merapi. Karenanya, apel ini tidak cuma dilakukan untuk meninjau kesiapan dari relawan-relawan yang ada. Mereka turut memastikan sarana dan prasarana pengungsi serta tempat-tempat evakuasi bisa berfungsi dengan baik.

Baca Juga

Ia melihat, mulai dari relawan-relawan sampai pimpinan-pimpinan seperti Panewu dan Kapolsek Cangkringan sudah siap. "Kita menyiapkan barak-barak yang kemarin belum maksimal, kita mulai bersihkan kembali," kata Kustini di Kantor Kapanewon Cangkringan, Jumat (11/3/2022).

Pada kesempatan itu, Kustini mengapresiasi kesiapsiagaan relawan di Kapanewon Cangkringan. Ia berharap, bisa memotivasi masyarakat lain di Kabupaten Sleman dalam menjaga stabilitas, keamanan, dan ketertiban wilayahnya masing-masing.

Masyarakat diminta selalu mengikuti perkembangan informasi kondisi Gunung Merapi agar tidak panik. Panewu Cangkringan, Djaka Sumarsono menyebut, jumlah relawan di Kapanewon Cangkringan sekitar 150 orang.

"Relawan tersebut berasal dari setiap kalurahan di Kapanewon Cangkringan," ujar Djaka.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman, Makwan mengingatkan, letusan Gunung Merapi kali ini masih bersifat efusif. Berbeda dengan letusan eksplosif, letusan efusif ini tidak mengeluarkan ledakan magma.

Artinya, lanjut Makwan, ke luar hanya dalam bentuk lelehan. Dengan begitu, muntahan awan panas ini tidak menyebar, namun meluncur melalui jalur-jalur yang sudah terbentuk, yang kali ini lewat Kali Gendol sejauh maksimal lima kilometer.

Meski begitu, ia meminta warga tetap waspada demi menghindari resiko yang lebih besar lagi. Sebab, Makwan menegaskan, aktivitas vulkanik Gunung Merapi berupa guguran awan panas tidak bisa disepelekan, memiliki potensi bahaya yang tinggi.

"Kita harus penuhi SOP. Kalo ada bahaya, lebih baik menyingkir lebih dulu," kata Makwan.

Gunungapi Merapi mengalami peningkatan aktivitas yang ditunjukkan dengan munculnya luncuran awan panas guguran (APG) sejauh 5.000 meter dan mengarah ke arah tenggara sejak pukul 23.18 WIB, Rabu (9/3/2022). Selain itu, teramati pula lava pijar sebanyak 7 kali dengan jarak luncur maksimum 1.800 meter ke arah barat daya.

Gunung Merapi kembali meluncurkan awan panas guguran dengan jarak luncur 2.000 meter ke arah tenggara pada Kamis dini hari. Sebanyak 193 warga malam itu mengungsi untuk menghindari dampak awan panas guguran Gunung Merapi. Mereka kemudian pulang ke rumah masing-masing pada Kamis.

BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi di Level III atau siaga. Guguran lava dan awan panas Merapi bisa menimbulkan bahaya di sektor selatan-barat daya yang meliputi Sungai Boyong, Bedog, Krasak, dan Bebeng serta sektor tenggara yang meliputi Sungai Woro dan Sungai Gendol.

Apabila gunung api itu mengalami letusan eksplosif, lontaran material vulkaniknya dapat menjangkau daerah dalam radius tiga kilometer dari puncak gunung.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement