Ahad 13 Mar 2022 21:51 WIB

NATO Buka Kemungkinan Rusia Gunakan Senjata Kimia

Tindakan semacam itu terkategori sebagai kejahatan perang.

Rep: kamran dikarma/ Red: Hiru Muhammad
 Seorang anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina memegang senjata anti-tank di pinggiran Kyiv, Ukraina, Rabu, 9 Maret 2022. Pihak berwenang mengumumkan gencatan senjata baru pada hari Rabu untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri dari kota-kota di sekitar ibu kota, Kyiv, serta kota-kota selatan Mariupol, Enerhodar dan Volnovakha, Izyum di timur dan Sumy di timur laut. Upaya sebelumnya untuk membangun koridor evakuasi yang aman sebagian besar gagal karena serangan oleh pasukan Rusia.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang anggota Pasukan Pertahanan Teritorial Ukraina memegang senjata anti-tank di pinggiran Kyiv, Ukraina, Rabu, 9 Maret 2022. Pihak berwenang mengumumkan gencatan senjata baru pada hari Rabu untuk memungkinkan warga sipil melarikan diri dari kota-kota di sekitar ibu kota, Kyiv, serta kota-kota selatan Mariupol, Enerhodar dan Volnovakha, Izyum di timur dan Sumy di timur laut. Upaya sebelumnya untuk membangun koridor evakuasi yang aman sebagian besar gagal karena serangan oleh pasukan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN--Sekretaris Jenderal Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg membuka kemungkinan tentang penggunaan senjata kimia oleh Rusia dalam serangannya ke Ukraina. Dia memperingatkan, tindakan semacam itu terkategori sebagai kejahatan perang.

“Dalam beberapa hari terakhir, kami telah mendengar klaim yang tidak masuk akal tentang laboratorium senjata kimia dan biologi,” kata Stoltenberg dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman, Welt am Sonntag, yang diterbitkan Ahad (13/3/2022).

Baca Juga

Pernyataan Stoltenberg tersebut mengacu pada tudingan Rusia terhadap Amerika Serikat (AS) dan Ukraina yang disebut mengoperasikan laboratorium biologis-militer. Menurut Stoltenberg, tuduhan itu hanya dalih untuk membenarkan serangan Rusia ke Ukraina.

“Sekarang setelah klaim palsu ini dibuat, kita harus tetap waspada karena ada kemungkinan bahwa Rusia sendiri dapat merencanakan operasi senjata kimia di bawah rekayasa kebohongan ini. Itu akan menjadi kejahatan perang,” kata Stoltenberg.

Sebelumnya juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengklaim, pihaknya memiliki dokumen yang menunjukkan Kementerian Kesehatan Ukraina telah memerintahkan penghancuran sampel wabah, kolera, antraks, dan patogen lainnya. Perintah penghancuran dirilis sebelum Rusia melancarkan serangan ke Ukraina pada 24 Februari lalu. 

Zakharova mengungkapkan, dokumen yang digali pasukan Rusia di Ukraina memperlihatkan upaya darurat untuk menghapus bukti program biologis militer. Pentagon dituduh membiayai kegiatan tersebut. AS membantah tuduhan yang menyebutnya mengoperasikan laboratorium biologis-militer di Ukraina. “Tuduhan Rusia itu tak masuk akal, menggelikan,” kata juru bicara Pentagon John Kirby pada Rabu (9/3/2022). Namun dia menekankan, AS tak terpengaruh dengan tuduhan tersebut merupakan propaganda klasik Rusia.

Menanggapi tuduhan Rusia, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price mengatakan, Moskow menciptakan dalih palsu untuk membenarkan tindakan mengerikannya terhadap Ukraina. Sementara Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengungkapkan, Rusia adalah negara yang memiliki rekam jejak pengembangan senjata kimia. 

 

sumber : reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement