Posisi Pedagang Kurang Beruntung di Tengah Kelangkaan Minyak Goreng
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Posisi Pedagang Kurang Beruntung di Tengah Kelangkaan Minyak Goreng (ilustrasi). | Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Kelangkaan minyak goreng yang masih berlanjut di pasaran semakin membuat para pedagang di pasar tradisional kehabisan akal. Selain pasokan masih dibatasi, mereka juga tidak dapat untung dari penjualan minyak goreng sesuai HET Pemerintah.
Setidaknya ini diungkapkan oleh Juwarni (52), pedagang bahan kebutuhan pokok di pasar Gayamsari, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Jawa Tengah, yang dikonfirmasi di sela pelaksanan operasi pasar minyak goreng, di pasar Gayamsari, Selasa (15/3/2022).
Para pedagang di pasar, jelasnya, serba bingung dengan kelangkaan minyak goreng yang masih berlanjut sampai dengan hari ini. Karena tidak bisa apa- apa di untuk dapat memenuhi permintaan masyarakat.
“Kalau boleh memilih, harga Rp 19.000 per liter tidak apa- apa, yang penting stok dan pasokannya lancer (ada). Tidak seperti sekarang, harganya Rp 14.000 per liter tetap barangnya langka,” tegasnya.
Menurut Juarni, saat ini harga minyak goreng memang Rp 14.000 per liter, tetapi dari sales hanya boleh membeli dari sales maksimal lima karton. Itu pun kalau pas stoknya ada dan jumlah itu pasti ludes tidak sampai dua hari.
Namun kalau pas stoknya terbatas paling hanya boleh membeli dua karton saja. “Bahkan, terkadang tidak semua pedagang kebagian hingga kiosnya mengalami kekosongan minyak goreng,” tegasnya.
Menurut Juwarni, saat ini pedagang juga tidak kalah bingung. Memang pedagang memang membeli dari sales hanya Rp 13.500 per kilogram, namun harus menjual dengan harga Rp 14.000 per kilogram, atau selisih untungnya Rp 500 rupiah.
Dengan keuntungan selisih harga Rp 500 rupiah, pedagang jamak tidak dapat merasakan untung apa- apa. Karena pembeli –walau pun hanya satu liter (dalam kemasan)—tak jarang tetap minta tas plastik,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan, saat ini permintaan minyak goreng dari masyarakat (pembeli) memang cenderung meningkat, karena banyak di antara mereka yang ingin membeli sekaligus untuk persediaan menghadapi Ramadhan.
Namun pedagang di pasar pun tidak bisa berbuat banyak karena memang stok minyak goreng sangat terbatas dan kadang- kadang malah tidak ada sama sekali.
“Sebaliknya, kalaupun stok minyak goreng ada, untung yang diperoleh para pedagang pun juga tidak seberapa. Karena selisih harga beli dan harga penjualan kepada konsumen hanya Rp 500 per liter,” tegasnya.