REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Laporan terbaru dari Dinas Intelijen Prancis, terkait kegiatan masa kampanye calon Presiden Prancis yang sedang berlangsung, kelompok teroris ISIS berencana melakukan aksi pembunuhan kepada calon presiden pertahana, Emmanuel Macron.
Laporan ini terkait rencana Emmanuel Macron meluncurkan kampanye kepresidenannya, yang mungkin meningkatkan kampanye Islamofobia di negara tersebut.
Posisi kampanye yang meningkatkan kebencian terhadap Islam ini, diambil Macron dalam upaya menarik kelompok blok pendukung sayap kanan Prancis ke pihaknya.
Upaya ini diperlukan, setelah dia berhasil mengamankan dukungan blok terbesar dari komunitas liberal dan sisa-sisa kelompok kiri yang menyukai Macron.
"Dalam konteks ini, Macron memiliki daya tarik pemilih dengan memoles citra Macron sebagai seseorang yang “menentang kesulitan” untuk kepentingan negaranya," demikian laporan Dinas Intelijen Prancis yang menarik dan informatif dari segi media.
Hal ini terkait dengan plot yang disiapkan oleh kelompok ISIS/Daesh untuk membunuh Presiden Prancis selama kunjungan keduanya ke Beirut, setelah pemboman pelabuhan pada September 2020 lalu.
Media lokal, Al-Akhbar meninjau makalah dari investigasi terkait kasus kejahatan kota, Kaftoun Al-Kourania pada Agustus 2020 lalu, yang berkas telah diproses di peradilan resmi.
"Ini termasuk informasi yang menunjukkan bahwa kelompok-kelompok dari organisasi ISIS/Daesh berencana untuk membunuh Macron dan tokoh-tokoh Lebanon lainnya, termasuk Perdana Menteri Saad Hariri dan kepala MP Gebran Bassil dari Gerakan Patriotik Bebas," dalam laporan tersebut.
Baca juga: 3 Tanda yang Membuat Mualaf Eva Yakin Bersyahadat
Sebuah Sinyal kejutan, yang belum mendapat tanggapan, ada dalam ringkasan penyelidikan yang disimpulkan Direktorat Intelijen Angkatan Darat mengenai sel teroris Kaftoun.
Al-Akhbar memperoleh salinannya, dan itu merujuk pada instruksi yang diterima oleh kelompok-kelompok tersebut untuk melakukan serangan bunuh diri yang menargetkan Presiden Prancis Emmanuel Macron selama kunjungan keduanya ke Lebanon pada 1 September 2020.