Jumat 18 Mar 2022 16:33 WIB

DIY Gencarkan Operasi Pasar Jelang Ramadhan dan Lebaran 2022

Operasi pasar dilakukan untuk meminimalisasi gejolak harga bahan pokok.

Rep: Silvy Dian Setiawan / Red: Nur Aini
Sejak pagi warga Yogyakarta terutama kaum ibu sudah mendatangi Operasi Pasar Minyak Goreng dan Gula yang diselenggarakan PT LPP Agro Nusantara di Pendopo Agung Royal Ambarukmo, Jalan Adi Sucipto, Yogyakarta.
Foto: PTPN Group
Sejak pagi warga Yogyakarta terutama kaum ibu sudah mendatangi Operasi Pasar Minyak Goreng dan Gula yang diselenggarakan PT LPP Agro Nusantara di Pendopo Agung Royal Ambarukmo, Jalan Adi Sucipto, Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) DIY menggencarkan operasi pasar (OP) menjelang Ramadhan dan menjelang Lebaran Idul Fitri 2022. Operasi pasar dilakukan untuk meminimalisasi gejolak harga bahan pokok.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Yogyakarta, Budianto Setiawan mengatakan, diperkirakan menjelang Ramadhan akan terjadi peningkatan permintaan masyarakat terhadap beberapa komoditas mulai dari daging ayam, daging sapi, dan bawang merah.

Baca Juga

"Sedangkan, untuk menjelang Lebaran (permintaan) daging ayam, daging sapi, telur ayam, dan cabai merah (diperkirakan juga meningkat)," kata Budianto dalam High Level Meeting (HLM) PPID DIY Tahun 2022 di Yogyakarta, Jumat (18/3/2022).

Untuk itu, OP akan terus digencarkan menjelang Ramadhan dan Lebaran dengan lebih tetap sasaran yakni di H-7. Pasalnya, kata Budianto, di waktu tersebut merupakan permintaan tertinggi terhadap bahan pokok.

"Kedepan diharapkan antara DIY dengan kabupaten/kota se-DIY dapat meningkatkan sharing informasi terhadap kebutuhan bahan pokok untuk meminimalkan terjadinya disparitas harga antar daerah," ujarnya.

Sebelumnya, Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Disperindag DIY, Yanto Apriyanto juga sudah menyebut bahwa harga bahan pokok sudah mulai menunjukkan kenaikan menjelang Ramadhan ini di DIY. Kenaikan itu khususnya terjadi pada komoditas cabai.

"Kenaikan memang terjadi di cabai, cabai ini kan biasanya kalau sudah adanya musim hujan seperti ini, otomatis produksi cabai mengalami gangguan. Dalam artian, ada yang busuk karena banyak air dan tertiup angin, panennya jadi tidak optimal," kata Yanto.

Pihaknya sendiri sudah melakukan pemantauan harga secara berkelanjutan, terutama ke pasar-pasar tradisional yang ada di Kota Yogyakarta seperti Pasar Beringharjo, Pasar Kranggan, dan Pasar Demangan. Berdasarkan pantauan tersebut, rata-rata harga untuk komoditas cabai merah keriting saat ini Rp 41.667 per kg, dengan harga tertinggi di Pasar Kranggan yakni mencapai Rp Rp 45 ribu per kg. Untuk komoditas cabai merah besar, harga rata-rata Rp 40.667 per kg dengan harga tertinggi terpantau di pasar Demangan yang mencapai Rp Rp 43 ribu per kg.

Untuk cabai rawit hijau, saat ini harga rata-rata tercatat Rp 37.667 per kg dengan harga tertinggi terpantau di Pasar Beringharjo yang mencapai Rp 40 ribu per kg. Sedangkan, harga rata-rata untuk komoditas cabai rawit merah yakni Rp 44.333 per kg dengan harga tertinggi ditemukan di Pasar Demangan yang mencapai Rp 47 ribu per kg.  

Menjelang Ramadhan ini, pihaknya pun mengantisipasi adanya kenaikan-kenaikan harga pada komoditas lainnya mulai dari bawang merah, bawang putih, hingga terigu.

"Kita mengantisipasi dalam hal-hal lainnya seperti terigu, karena ini bahan pokok terigu bisa terganggu dengan adanya perang Ukraina dan Rusia. 25 persen produk itu bahan bakunya dari sana, mudah-mudahan tidak terganggu," ujar Yanto.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

(QS. Al-Hujurat ayat 11)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement