REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga selaku Ketua Delegasi RI pada sengketa nikel antara Indonesia dengan Uni Eropa di sidang Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menegaskan, seluruh delegasi bertekad melaksanakan tekad Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait nikel. Jerry mengatakan, Presiden secara tegas telah menyatakan bahwa Indonesia akan berjuang melawan tuntutan Uni Eropa.
Jerry mengatakan, tekad Presiden itu didasari oleh beberapa hal yang terkait dengan kepentingan ekonomi politik nasional. Pertama, perjuangan melawan Uni Eropa di WTO akan ditujukan untuk menunjukkan kedaulatan Indonesia dalam membentuk dan mengimplementasikan hukumnya sendiri.
Dia menegaskan, Indonesia berhak mengatur kebijakan ekspor sumber dayanya dan itu harus dihormati oleh negara lain. "Ini sesuai dengan prinsip penghormatan kedaulatan yang menjadi dasar hubungan antar negara," kata Jerry dalam keterangannya, Jumat (18/3). Seperti diketahui, Uni Eropa menggugat Indonesia ke WTO karena membatasi ekspor nikel.
Jerry menambahkan, tekad kedua Presiden soal nikel berkaitan dengan terbatasnya komoditas tersebut. Nikel adalah barang tambang yang tidak terbarukan, sehingga penambangan dan pengelolaannya harus diatur secara cermat dengan mempertimbangkan banyak hal.
"Ada isu critical shortage, ada isu lingkungan, isu ekonomi nasional dan isu sosial. Jika tidak berhati-hati, Indonesia yang saat ini mempunyai cadangan nikel terbesar di dunia suatu saat bisa jadi malah tergantung dari negara lain," ujarnya.
Dengan dua alasan dasar tersebut, kata Jerry, Presiden Jokowi berusaha mengatur perdagangan nikel. Di saat yang sama, upaya hilirisasi terus digenjot agar nilai tambah dari nikel menjadi optimal.
Indonesia diharapkan tidak lagi hanya mengekspor bahan mentah, apalagi bahan mentah seperti nikel dengan kadar rendah yang dihargai murah, tetapi harus mengekspor barang setengah jadi atau barang jadi.
"Karena itu, sejak awal disidangkan di WTO, sampai sidang panel bulan ini saya yang ditugaskan sebagai ketua delegasi terus berupaya agar kita menang di WTO," katanya.
Ia mengatakan Kemendag terus menjalin sinergi dengan Kemenko Maritim dan Investasi, Kementerian Luar Negeri, serta kementerian dan lembaga lainnya. Pemerintah juga sudah punya pengacara andal. Tim ahli juga dikerahkan untuk menyusun argumen yang kuat. Selain itu, dilakukan pendekatan dengan negara pihak ketiga agar RI mendapatkan dukungan.
“Bagaimanapun ini kan masalah politik ekonomi Internasional, bukan semata-mata isu hukum. Negara-negara dunia berkembang seperti Indonesia dan negara dunia ketiga sering diperlakukan tidak adil dalam sengketa internasional. Padahal semua negara mempunyai kedaulatan yang harus dihormati negara lain. Itu sebabnya kita perlu mendapatkan dukungan agar kedudukan kita semakin kuat,” katanya.