REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tanpa bukti menuduh pasukan Rusia sedang menyiapkan serangan baru dari apa yang ia sebut zona eksklusif sekitar pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Chernobyl. Setelah berhasil merebut PLTN yang tak terpakai itu bulan lalu di awal invasi digelar. Ia tidak memberi detail lebih lanjut.
"Dunia sedang berada di ambang krisis baru, tantangan lingkungan dan pangan yang tidak pernah terjadi sebelumnya," kata Zelenskyy dalam pidatonya dihadapan parlemen Jepang melalui tautan video, Rabu (23/3/2022).
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Menteri Luar Negeri Yoshimasa Hayashi dan Menteri Pertahanan Nobuo Kishi berada di barisan paling depan. Kishida mengatakan ia tersentuh dengan pidato Zelenskyy. Hayashi mengatakan cerita Zelenskyy tentang bencana Chernobyl tahun 1986 sangat menyentuh.
Pada Maret 2011 lalu Jepang mengalami tiga bencana sekaligus setelah PLTN Fukushima Daiichi hancur karena gempa bumi dan radiasi menyebar di sebagian besar wilayah timur lautnya. Fukushima merupakan bencana nuklir terburuk di dunia setelah Chernobyl yang memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumahnya.
"Kami selalu mengatakan serangan jenis apa pun terhadap pembangkit listrik tenaga nuklir tidak bisa diterima," kata Hayashi.
"Presiden (Zelenskyy) tidak menyebut Fukushima tapi ia membicarakan (pembangkit listrik tenaga nuklir) dan berbicara dengan semangat bagaimana kuatnya perasaan rakyat Ukraina untuk dapat pulang ke rumah mereka," tambahnya.
Dalam pidatonya tersebut Zelenskyy juga meminta Jepang untuk menambah sanksi ke Rusia agar Moskow bersedia menarik pasukannya dari Ukraina. Ia berterimakasih pada Jepang sebagai negara Asia terdepan yang mengecam invasi Rusia ke Ukraina dan menerapkan berbagai sanksi.
Pidatonya disiarkan langsung oleh hampir semua stasiun televisi swasta Jepang. Merupakan hal yang jarang terjadi di negara yang berita utamanya dipenuhi isu-isu domestik.
"Embargo perdagangan dengan Rusia bila diperlukan, perlu untuk menarik perusahaan dari pasar Rusia sehingga uangnya tidak mengalir ke pasukan Rusia," katanya.
Perdana Menteri Fumio Kishida mengatakan ia berencana mengumumkan dukungan tambahan pada Ukraina. Serta sanksi yang lebih keras terhadap Rusia dalam rapat negara-negara kaya G7 di Brussels.