REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Kepala Pangan PBB memperingatkan bahwa perang di Ukraina mengancam upaya Program Pangan Dunia (WFP) untuk memberikan bantuan pangan ke sekitar 125 juta orang secara global. Salah satu penyebab adalah petani Ukraina yang terdampak perang hingga pasokan produk pupuk dari Rusia dan Belarus.
"Ini tidak hanya menghancurkan Ukraina dan kawasan secara dinamis, tetapi akan memiliki dampak konteks global melampaui apa pun yang telah kita lihat sejak Perang Dunia Kedua," ujar Direktur Eksekutif WFP David Beasley kepada 15 anggota Dewan Keamanan PBB.
Beasley mengatakan 50 persen dari biji-bijian yang dibeli oleh WFP berasal dari Ukraina. "Jadi Anda hanya dapat mengasumsikan kehancuran yang akan terjadi pada operasi kami saja. Petani adalah garda terdepan," katanya.
Beasley menambahkan bahwa krisis itu diperparah oleh kurangnya produk pupuk yang berasal dari Belarus dan Rusia. "Jika Anda tidak memberi pupuk pada tanaman, hasil panen Anda akan berkurang setidaknya 50 persen. Kami melihat apa yang bisa menjadi bencana di atas bencana di bulan-bulan mendatang," katanya kepada dewan.
Sebelum invasi Rusia 24 Februari ke negara tetangga Ukraina, Beasley mengatakan WFP sudah berjuang dengan harga bahan bakar dan makanan yang tinggi hingga biaya pengiriman. Itu memaksa PBB untuk memotong jatah untuk jutaan orang di tempat-tempat seperti Yaman.
Beasley memperingatkan jika konflik di Ukraina tidak berakhir, dunia akan membayar harga yang mahal. "Hal terakhir yang ingin kami lakukan karena Program Pangan Dunia adalah mengambil makanan dari anak-anak yang kelaparan untuk diberikan kepada anak-anak yang kelaparan," katanya.
Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menolak tuduhan bahwa tindakan Moskow di Ukraina telah menyebabkan turbulensi serius di pasar makanan global. Dia justru menyalahkan sanksi Barat terhadap Rusia.
Rusia menyebut invasinya sebagai operasi militer khusus yang bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur militer Ukraina. Majelis Umum PBB yang beranggotakan 193 orang sangat menyesalkan "agresi" Rusia dan menuntut Rusia menarik pasukannya. Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman mengatakan sanksi dewan tidak memicu krisis pangan global.
"Tanggung jawab untuk mengobarkan perang di Ukraina, dan untuk efek perang terhadap keamanan pangan global hanya ada pada Presiden Putin," kata Sherman.