Jumat 15 Apr 2022 00:45 WIB

IRGC: Nyawa Semua Pemimpin AS tak Cukup untuk Balas Kematian Soleimani

Amerika Serikat membunuh Soleimani pada 2020 dalam serangan pesawat tak berawak

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Jenderal Qassem Soleimani (tengah).
Foto: Office of the Iranian Supreme Leader via AP,
Jenderal Qassem Soleimani (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Komandan senior Garda Revolusi Iran (IRGC) Mohammad Pakpour mengatakan, nyawa semua pemimpin Amerika tidak akan cukup untuk membalas pembunuhan komandan tertinggi Iran Qassem Soleimani dua tahun lalu. Amerika Serikat membunuh Soleimani pada 2020 dalam serangan pesawat tak berawak di bandara Baghdad, Irak.

"Soleimani adalah karakter yang hebat sehingga jika semua pemimpin Amerika terbunuh, ini masih tidak akan membalas pembunuhannya," ujar Pakpour.

Ketika itu, pemerintahan AS di bawah mantan Presiden Donald Trump, mengatakan Soleimani menjadi sasaran karena merencanakan serangan di masa depan terhadap kepentingan AS. Selain itu, Soleimani telah membantu mengoordinasikan serangan terhadap pasukan Amerika di Irak melalui proksi milisi.

Sebagai bagian dari negosiasi dengan Iran mengenai kesepakatan nuklir atau JCPOA, Amerika Serikat sedang mempertimbangkan permintaan Teheran untuk menghapus IRGC dari daftar hitam. Tetapi reaksi publik dan kritik dari Partai Republik dan Partai Demokrat sendiri telah menghentikan langkah tersebut. Kepala Staf Gabungan AS Mark Milley, tidak mendukung penghapusan IRGC dari daftar organisasi teroris asing.

Sekitar lebih dari 500 warga Iran-Amerika mengirim surat kepada Presiden Joe Biden pada Selasa (12/4), dan mendesaknya untuk tidak menghapus IRGC dari daftar Organisasi Teroris Asing (FTO). Penghapusan tersebut dapat memupuskan harapan rakyat Iran untuk kebebasan dan martabat.

“Menghapus IRGC dari daftar FTO akan menjadi pengabaian secara terang-terangan terhadap harapan, dan perjuangan rakyat Iran dalam perjuangan mereka untuk kebebasan dan martabat,” ujar Komite Ad Hoc Profesional untuk Kebijakan Iran, dalam surat mereka, dilansir Alarabiya.

"Ilmuwan, akademisi, dan profesional Iran-Amerika, sangat prihatin dengan penderitaan rakyat Iran di bawah pasukan IRGC yang brutal, kami dengan hormat meminta agar IRGC tetap berada di daftar FTO,” kata 502 warga Iran-Amerika dalam surat kepada Biden.

Dalam surat kepada Biden, disebutkan bahwa IRGC adalah instrumen Teheran untuk terorisme di luar negeri dan menindas orang-orang di jalan-jalan Iran. Seorang insinyur terkemuka dari Lattice Semiconductor Corporation, Shahin Toutounchi, mengatakan, menghapus IRGC dari daftar terorisme akan memudahkan kelompok tersebut untuk melakukan kekerasan secara lebih luas kepada rakyat Iran dan negara-negara lain di kawasan.

Toutounchi mengatakan, sebagian besar dari mereka yang menandatangani surat itu mengalami langsung kekejaman oleh IRGC. Termasuk kekejaman terhadap keluarga mereka.

“Tentu patut dicatat bahwa IRGC tidak menunjukkan sedikit pun indikasi upaya itikad baik dalam menghentikan perilaku buruk atau memajukan lembaga-lembaga demokrasi.  Sebaliknya, IRGC memainkan peran yang lebih besar dalam menciptakan unit teror angkatan laut proksi, menggunakan UAV untuk operasi teror, dan mendanai terorisme di seluruh dunia,” ujar surat itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement