Mobil Listrik UAD Bakal Terus Dikembangkan
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Kampus utama UAD Yogyakarta. | Foto: Dokumen.
REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Mobil listrik yang diciptakan mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) akan terus dikembangkan. Mobil listrik yang dinamakan Ahmad Dahlan Electric Vehicle Generasi 1 (ADEV 01) ini meraih juara dua di ajang FESC IIMS 2022.
Ketua Tim Mobil Listrik UAD, Ilham Eko Prakoso mengatakan, pengerjaan mobil listrik ini sudah dikerjakan selama dua tahun sejak 2019. Mobil tersebut dirancang seperti mobil balap dengan jenis formula elektrik.
Ilham menjelaskan, pihaknya akan melakukan upgrade dari mobil ini. Mengingat, teknologi yang digunakan merupakan teknologi beberapa tahun lalu.
"Ada pengembangan karena pada dasarnya teknologi yang kami gunakan saat ini merupakan teknologi saat dua tahun lalu. Saat kompetitor lain memiliki teknologi yang lebih maju, kami tertinggal dua tahun," kata Ilham di Kampus 4 UAD, Bantul, Rabu (13/4).
Pihaknya akan melakukan pengembangan terhadap baterai, desain hingga mesin yang digunakan. Pihaknya juga memiliki target untuk mengikuti kompetisi lainnya di tingkat internasional dengan membawa mobil listrik tersebut nantinya.
"Kami tidak berpuas diri di bagian itu saja, kami akan mengembangkan lebih lagi soal mobil listrik ini. Utamanya target kami paling tinggi mengikuti FSAE di Jepang," ujarnya.
Saat ini, ada 20 orang yang tergabung dalam tim mobil listrik UAD tersebut. Dalam melakukan pengembangan, kata Ilham, juga akan dilakukan rekrutmen kepada mahasiswa lainnya yang ingin berpartisipasi dalam pengambangan mobil listrik ini.
"Ke depan akan open recruitment karena SDM kurang, jadi akan menambah SDM dan menambah divisi-divisi yang menurut kami masih kurang," jelas Ilham.
Rektor UAD, Muchlas mengatakan, pihaknya juga akan mendukung penuh terhadap pengembangan mobil listrik ini. Dalam pembuatan mobil listrik itu sebelumnya, pihaknya kampus mengelontorkan dana sekitar Rp 75 juta.
"Pasti kita fasilitasi (untuk pengembangan lebih lanjut), sebelumnya menghabiskan Rp 75 juta untuk satu mobil ini. Universitas yang lain bahkan sampai Rp 350 juta," kata Muchlas.
Jika memungkinkan nantinya, mobil tersebut dapat dikomersialkan dan diproduksi secara massal. Meskipun begitu, hingga saat ini pihaknya belum memiliki rencana untuk produksi massal dan berfokus pada pengembangan mobil listrik tersebut.
"Kalau (dikomersialkan) itu harus mengikuti urutan-urutan dari pengembangan yang awal sampai kemudian bisa memiliki potensi komersialisasi, atau di dalam skema penelitian harus melalui mekanisme hilirisasi product," ujar Muchlas.