“Israel akan berusaha menunjukkan kepada warganya bahwa itu dapat memberi mereka keamanan, khususnya keamanan individu sehingga orang Israel dapat pergi ke mana pun mereka mau, kapan pun mereka mau, tanpa merasa takut, karena mereka telah kehilangan perasaan ini.”
“Sejak hari pertama di Gerbang Damaskus, mereka telah memukuli warga, memprovokasi, menangkap dan mempermalukan mereka. Mereka (Israel) ingin melanjutkan kebijakan mereka dan langkah-langkah yang mereka ambil, tetapi mereka tidak menginginkan tanggapan apa pun dari Palestina,” tambah Jaabari.
Gaza takut akan perang lagi
Penduduk Jalur Gaza mengatakan, di mana pun potensi konfrontasi terjadi, mereka percaya merekalah yang akan membayar harga terberat. Ramadhan telah berulang kali disertai dengan perang di Gaza, di mana dua gerakan perlawanan bersenjata utama Palestina, Hamas dan PIJ, bermarkas. Dari empat perang Israel di Jalur Gaza, dua telah meletus di bulan suci.
Selama pengeboman Israel pada Mei 2021, setidaknya 260 warga Palestina tewas, termasuk 39 wanita dan 67 anak-anak, dan lebih dari 1.900 orang terluka. Sekitar 1.800 unit rumah dihancurkan, dan sedikitnya 14.300 lainnya rusak parah.
Seorang ibu dari lima anak, Buthaina al-Qamo (48), mengatakan dia takut akan perang Israel lainnya di Gaza pada Ramadhan ini. Ia mengatakan suaminya meninggal dalam serangan udara Israel yang menargetkan bangunan tempat tinggal mereka dan satu lagi di dekatnya pada 16 Mei 2021. Secara total, 45 warga Palestina tewas dalam serangan itu, termasuk 18 anak-anak dan 12 wanita.
Al-Qamo, bersama kedua putranya, tetap berada di bawah reruntuhan selama enam jam dan dirawat di rumah sakit ketika mereka dibawa keluar.
https://www.aljazeera.com/news/2022/4/14/fear-violence-israeli-palestinian-tensions-rise-ramadan