REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Polisi Israel pada Ahad (17/4), memasuki kompleks Masjid al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem untuk memberikan pengamanan kepada pengunjung Yahudi. Hal ini memicu bentrokan yang menyebabkan 17 warga Palestina terluka.
Di dalam kompleks al-Aqsa, terdapat masjid yang menjadi situs tersuci ketiga dalam Islam. Sementara itu, di kompleks tersebut juga terdapat tempat paling suci bagi orang Yahudi, yang disebut sebagai Temple Mount.
Tahun ini hari raya umat Islam, Kristen, dan Yahudi saling bersinggungan. Umat Islam menjalankan puasa Ramadhan. Sementara umat Yahudi dan Kristen merayakan Paskah. Masing-masing jamaah berbondong-bondong hadir di situs suci mereka untuk beribadah, setelah pembatasan Covid-19 dicabut.
“Apa yang terjadi di Masjid al-Aqsa adalah eskalasi yang berbahaya, akibatnya ditanggung oleh pemerintah Israel saja,” kata juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rdeneh.
Polisi mengatakan, mereka memasuki kompleks al-Aqsa untuk memfasilitasi kunjungan rutin orang Yahudi ke tempat suci. Mereka mengatakan, warga Palestina telah menimbun batu dan mendirikan penghalang untuk mengantisipasi kekerasan.
"Penting untuk memastikan kebebasan beribadah, tetapi kami tidak akan berkompromi ketika kekerasan dan teror terjadi," ujar menteri Israel yang bertanggung jawab atas polisi, Omer Barlev.
Polisi mengusir warga Palestina dari lapangan terbuka yang luas di luar masjid pada Ahad pagi. Sementara, puluhan warga Palestina tetap berada di dalam masjid sambil meneriakkan “Allahuakbar”. Video yang dirilis polisi menunjukkan sekelompok kecil pemuda melemparkan batu, serta kembang api ditembakkan dari dalam masjid.
Warga Palestina melaporkan bentrokan singkat dengan polisi Israel di luar kompleks al-Aqsa. Sementara polisi mengatakan, warga Palestina telah melemparkan batu ke bus di luar Kota Tua. Paramedis mengatakan, lima orang yang naik bus menerima perawatan karena mengalami luka ringan dalam serangan itu.
Polisi merilis video yang menunjukkan kerumunan pemuda melempari bus yang lewat dengan batu di luar Kota Tua. Video lain dari polisi, yang diambil di dalam salah satu bus, menunjukkan keluarga Yahudi duduk di lantai kendaraan saat melanjutkan perjalanan.
Layanan medis Bulan Sabit Merah Palestina mengatakan, 17 warga Palestina terluka, termasuk lima orang yang dirawat di rumah sakit. Polisi Israel menangkap sembilan warga Palestina. Pada tengah hari, saksi mata mengatakan polisi telah pergi dari kompleks al-Aqsa.
Yordania, yang merupakan penjaga situs suci, mengutuk tindakan Israel. Yordania mengatakan, tindakan itu merusak semua upaya yang dilakukan untuk menjaga ketenangan komprehensif dan mencegah eskalasi kekerasan yang mengancam keamanan serta perdamaian.
Di bawah pemahaman lama, orang Yahudi diizinkan untuk mengunjungi Temple Mount tetapi dilarang berdoa di tempat tersebut. Selama beberapa dekade, orang Yahudi menghindari ibadah di sana karena alasan agama.
Pihak berwenang Israel mengatakan, mereka berkomitmen untuk mempertahankan status quo. Tetapi dalam beberapa tahun terakhir, kelompok besar nasionalis dan agama Yahudi secara teratur mengunjungi situs tersebut dengan pengawalan polisi. Orang Palestina menilai hal tersebut sebagai provokasi.
Jumlah pengunjung Yahudi kerap meningkat saat hari raya keagamaan. Para pejabat Palestina mengatakan hampir 550 pengunjung Yahudi memasuki kompleks al-Aqsa dibandingkan dengan hari lainnya.
Praktik semacam itu telah memicu kekhawatiran di kalangan warga Palestina bahwa, Israel berencana untuk mengambil alih kompleks Masjid al-Aqsa atau membaginya. Israel membantah keras klaim tersebut. Israel mengatakan, pihaknya berkomitmen untuk melindungi kebebasan beribadah bagi semua umat.
Bentrokan meletus di lokasi tersebut pada Jumat (15/4) usai subuh. Polisi mengatakan, warga Palestina telah melemparkan batu ke arah Tembok Barat, sebuah situs suci Yahudi yang berdekatan. Seketika polisi mulai bentrok dengan puluhan warga Palestina.
Sebuah kelompok Yahudi radikal baru-baru ini meminta orang-orang untuk membawa hewan ke situs suci mereka. Hewan itu akan disembelih untuk perayaan Paskah. Kelompok Yahudi radikal tersebut menawarkan hadiah uang tunai bagi mereka yang berhasil atau bahkan mencoba membawa hewan ke situs suci.