REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Abu Yazid al-Busthami merupakan seorang ahli tasawuf yang terkemuka. Tokoh berkebangsaan Persia itu lahir dengan nama Tayfur sehingga nama lengkapnya adalah Abu Yazid Tayfur bin Isa bin Surusyan al-Busthami.
Abu Yazid al Busthami mengungkapkan dia pernah tinggal selama 12 tahun untuk mengasah diri, lima tahun menggosok cermin hatinya, dan satu tahun melihat antara keduanya. Ternyata, dalam dirinya terdapat ikatan dan selama 50 tahun dia berusaha memutuskannya.
Lalu, dia mencari cara bagaimana memutuskannya. Dia pun mengalami penyingkapan. “Aku melihat makhluk adalah mayat. Lalu, kubaca takbir empat kali untuk mereka,” kata Abu Yazid dikutip dari buku Hidup di Dunia Apa yang Kau Cari? yang diterjemahkan Turos Pustaka dari kitab Raudhatut Thalibin karya Imam al Ghazali.
Imam al Ghazali menjelaskan ungkapan tersebut mengandung makna bahwa Abu Yazid berusaha melakukan mujahadah an-nafs atau perang melawan hawa nafsu, menghilangkan noda dan kotoran hawa nafsu beserta sifat-sifat yang menyelimutinya, seperti ujub, sombong, rakus, iri, dengki, dan lain-lain yang menjadi kebiasaan hawa nafsu.
Abu Yazid, menurut al Ghazali, berusaha menghilangkan semua itu dengan memasukkan hawa nafsunya ke dalam tungku ancaman Allah. Abu Yazid pukul nafsu itu dengan palu-palu perintah dan larangan hingga kelelahan. Dia mengira nafsunya telah bersih, lalu melihat cermin keikhlasan hatinya.
Ternyata, masih ada sisa-sisa syirik tersembunyi, seperti riya, melihat amal, memperhitungkan pahala dan hukuman, serta mengharap karamah dan pemberian. “Inilah syirik dalam keikhlasan bagi orang-orang khawash. Ini ikatan yang dimaksud Abu Yazid dan berusaha dia putuskan tadi,” jelas al-Ghazali.
Sedangkan ungkapan “Kubaca takbir empat kali untuk mereka” maksudnya adalah setiap orang yang mati itu dibacakan takbir empat kali. Selain itu, penghalang makhluk dari Allah pun ada empat hal, yaitu nafsu, keinginan, setan, dan dunia.
“Maka, ia (Abu Yazid) mematikan hawa nafsu dan keinginannya serta mengusir setan dan dunianya. Ia pun membaca takbir untuk setiap yang telah mati dari dirinya sekali takbir karena Dia-lah yang Mahaagung,” kata al Ghazali.