Senin 18 Apr 2022 21:37 WIB

Shanghai Laporkan Kematian Pertama Covid-19 di Tengah Kebijakan Lockdown

Ketiga orang yang meninggal adalah lansia dan memiliki penyakit dengan komorbid.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, kelompok pertama pasien yang telah pulih dari COVID-19 meninggalkan rumah sakit darurat yang diubah dari Shanghai Convention & Exhibition Center of International Sourcing di Shanghai pada Sabtu, 9 April 2022.
Foto: Jin Liwang/Xinhua via AP
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua, kelompok pertama pasien yang telah pulih dari COVID-19 meninggalkan rumah sakit darurat yang diubah dari Shanghai Convention & Exhibition Center of International Sourcing di Shanghai pada Sabtu, 9 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Otoritas Shanghai pada Senin (18/4/2022) melaporkan kematian pertama Covid-19 di tengah kebijakan lockdown yang cukup ketat. Ketiga orang yang meninggal adalah lansia dan memiliki penyakit yang mendasari seperti diabetes dan hipertensi.

Inspektur Komisi Kesehatan Shanghai, Wu Ganyu, mengatakan, ketiga lansia tersebut belum divaksinasi Covid-19. “Setelah memasuki rumah sakit, kondisi mereka semakin buruk dan mereka meninggal setelah upaya untuk menyelamatkan mereka tidak berhasil,” kata Wu.

 

Sebagian besar penduduk Shanghai menjalani lockdown selama minggu ketiga. Ini merupakan kebijakan China yang mengedepankan strategi nol Covid-19 untuk mengekang wabah. Pemerintah mendesak siapa pun yang mungkin terinfeksi Covid-19 untuk menjalani isolasi.

 

China pada Senin mencatat 23.362 orang dengan hasil tes positif virus korona. Sebagian besar dari mereka tidak menunjukkan gejala dan hampir semuanya di Shanghai.

 

Shanghai ini telah melaporkan lebih dari 300 ribu kasus sejak akhir Maret.  Shanghai mulai melonggarkan pembatasan minggu lalu, meskipun para pejabat telah memperingatkan bahwa kota itu tidak memiliki wabah yang terkendali.

 

Shanghai tampak tidak siap untuk menjalankan lockdown secara ketat. Penduduk setempat mengalami kekurangan makanan dan kebutuhan sehari-hari. Sementara puluhan ribu orang yang ditempatkan di bawah pengawasan medis, telah dipindahkan di fasilitas karantina yang penuh sesak. 

 

Fasilitas karantina itu tampak kotor karena tempat sampah yang meluap. Selain itu, makanan tidak memadai, dan tidak ada air panas untuk mandi. Siapa pun yang dites positif tetapi memiliki sedikit atau tanpa gejala, harus melakukan isolasi di fasilitas karantina.

 

Kekhawatiran telah meningkat tentang dampak ekonomi dari kebijakan garis keras pemerintah. Pertumbuhan ekonomi China naik tipis ke 4,8 persen. Kenaikan ini masih lemah dibandingkan tahun sebelumnya dalam tiga bulan pertama 2022, karena penguncian memangkas produksi di kota-kota industri besar.  

 

Dalam pertemuan yang digelar pada Senin, Wakil Perdana Menteri Liu He menjanjikan peningkatan pengeluaran untuk menstabilkan rantai pasokan. Termasuk memberikan dukungan keuangan bagi petugas kesehatan dan lainnya di garis depan pandemi.

 

Sementara Partai Komunis yang berkuasa telah mendesak langkah-langkah pencegahan yang lebih terarah. Pejabat lokal secara rutin mengadopsi peraturan ketat, mungkin karena takut dipecat atau dihukum karena wabah di wilayah mereka.

 

Di kota Wenzhou, yang hanya mencatat  sedikit kasus Covid-19, pihak berwenang memberikan hadiah hingga 50.000 yuan untuk informasi tentang orang-orang yang memalsukan status kesehatan mereka. China memiliki tingkat vaksinasi keseluruhan sekitar 90 persen, dengan tingkat vaksinasi yang rendah di kalangan lansia. 

 

Sejauh ini hanya 62 persen penduduk Shanghai di atas usia 60 yang telah divaksinasi. Beberapa ahli mengatakan, China perlu menaikkan tingkat vaksinasi di kalangan lansia sebelum dapat hidup dengan aman dengan virus corona. 

 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement