REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Hingga pukul 18.00 WIB, hilal belum terlihat di beberapa titik, yaitu Biak (Papua), Kupang (NTT) Nusa Tenggara Barat, Makasar (Sulawesi Selatan), dan Yogyakarta. Hal ini disebabkan cuaca yang berawan dan menghalangi pandangan terhadap hilal.
Kepala Observatorium Bosscha dan ahli astronomi ITB, Hakim Luthfi Malasan, menyatakan, berdasarkan pemantauan di Biak dan Kupang, tidak ditemukan hilal. Di Biak, hilal terhalang oleh hujan lebat dan awan tebal yang menyelimuti daerah tersebut. Sedangkan di Kupang, meski cerah, namun tidak terlihat hilal di daerah itu.
''Untuk daerah Indonesia bagian timur, tidak ada daerah yang berhasil melihat hilal. Meski cerah, di daerah Indonesia Tengah, yaitu Makasar pun tidak terlihat hilal berdasarkan hasil pantauan di sana,'' ujar Hakim yang tengah berada di Biak, Papua, yang dihubungi Republika, Selasa petang (10/8).
Hakim memaparkan, pihaknya telah menerima hasil pemantauan dari lima titik dari 10 titik yang ditentukan untuk melihat hilal. Lima titik tersebut untuk mewakili daerah Indonesia bagian timur dan tengah. ''Keputusan akhir akan ditentukan di Lhok Nga (NAD) saat matahari terbenam pada pukul 18.54 WIB,'' pungkasnya.
Hal senada diucapkan Mustoha, yang memimpin pemantauan hilal di Yogyakarta. Ia mengaku sampai pukul 17.51 WIB, tidak berhasil melihat hilal. Hasilnya negatif karena cuaca mendung. ''
Di horizon 5 derajat tetap tidak terlihat hilal. Keputusan penetapan hari pertama pelaksanaan puasa akan ditentukan dari hasil pemantauan di Aceh pada pukul 18.54 WIB. Jika di Aceh tidak terlihat hilal juga, hari pertama Ramadhan jatuh pada tanggal 12 Agustus 2010,'' ujar Mustoha kepada Republika. Ia menuturkan, telah melakukan observasi pemantauan hilal dari pukul 17.39 WIB hingga pukul 17.51 WIB.