REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Di salah satu gang sempit sepanjang 100 meter dan lebar sekitar dua meter yang berada di jalan KH Ahmad Dahlan Yogyakarta sejak pukul 15.00 sudah dipadati penjual maupun pembeli aneka macam jajanan dan lauk-pauk. Pemandangan seperti ini hanya ada setiap bulan Ramadhan. Karena itu, lokasi ini dikenal dengan nama Pasar Sore Ramadhan Kauman.
Menurut pengelola Pasar Sore Ramadhan Kauman, Muhammad Chawari, kegiatan seperti ini sudah ada sekitar tahun 1970-an. Pada awalnya penjual dan pembeli hanya berasal dari wilayah Kauman. Namun waktu itu yang dijual hanya lauk-pauk. Dalam perkembangannya, ada beberapa makanan khas Kauman yang dijual hanya pada bulan Ramadhan seperti kicak, lumpur, bubur saren, semar mendem, serabi kocor yang biasa disantap sebagai buka puasa. Kini ada puluhan jenis aneka macam lauk-pauk maupun jajanan yang tidak hanya berasal dari Kauman saja.
''Waktu saya kecil sudah ada yang berjualan di gang tersebut, tetapi jumlahnya tidak ada 10 orang. Kini jumlah penjualnya mencapai 60-an orang. Mereka selain orang Kauman dan sekitarnya, juga ada yang berasal dari wilayah Bantul dan Sleman,''kata PNS itu. Dari dulu hingga sekarang makanan khas yang hanya ada Pasar Sore Ramadhan Kauman salah satunya adalah Kicak. Penjual maupun pembelinya dari anak-anak hingga lanjut usia.
''Saya kalau ke sini selalu membeli Kicak,''tutur Ida yang tinggal di daerah Godean, Sleman. Kicak terbuat dari jadah/uli yaitu ketan yang diberi parutan kelapa dan gula pasir. Untuk melengkapi cita rasa di atasnya diberi potongan nangka dan daun pandan. Beberapa penjual jajanan di Pasar Ramadhan selalu melengkapi jualannya dengan kicak. Kicak ada yang dijual dalam kemasan plastik mikadan ada juga yang dibungkus dengan daun dan kertas. Harganya yang dibungkus daun dan kertas Rp 1.250 sedangkan yang dibungkus plastik mika Rp 1500 per buah.
Pasar Sore Ramadhan yang berada di wilayah RW 10 dan RW 13 Kauman ini sejak sekitar 15 tahun yang lalu dikelola oleh Panitia Pasar Sore Ramadhan .p Dengan dikelola Panitia, para penjual tidak perlu membawa dan memasang tenda/deklit sendiri, panitia juga menyediakan lampu, penjual hanya menyediakan meja saja.
''Dulu waktu belum dikelola panitia Pasar Sore Ramadhan, ibu-ibu naik-naik tembok memasang deklit. Akhirnya dari pengurus RW berinisiatif untuk mengelolanya. Pada awalnya penjual membayar Rp 40 ribu kepada pengelola, tetapi karena harga-harga naik, kini penjual membayar Rp 80 ribu dan mereka bisa berjualan selama bulan Ramadhan,''ungkap Chawari. Uang tersebut untuk sewa tenda dan pemasangan serta lampu penerangan. Selain itu setiap sore ada kotak infaq yang digunakan untuk snack saat pertemuan pedagang dengan pengurus.
Para penjual Pasar Sore Ramadhan Kauman tentu saja harus mentaati berbagai ketentuan yang diberlakukan bagi mereka. Antara lain: mereka harus mengajukan ijin untuk berjualan kepada pengelola dan mengajukan ijin kepada pemilik rumah yang didepannya digunakan untuk berjualan. Para penjual juga harus mengikuti tata tertib dari panitia diantara tidak menjual makanan yang basi. ''Karena kami pernah melakukan survei ternyata ada yang menjual makanan yang basi,''jelas dia.
Para pengurus Pasar Sore Ramadhan berkeinginan untuk memasukkan Pasar Sore Ramadhan Kauman dalam program wisata kuliner untuk mendukung program pemerintah. Karena selain keberadaan pasar ini sudah 30 tahun lalu, juga menjual makanan khas Kauman. Sehingga diharapkan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat, karena sekitar 85 persen penjual di pasar ini setiap hari (di luar bulan Ramadhan) juga penjual makanan dan minuman, sedangkan yang 15 persen penjual musiman (hanya berjualan di saat bulan Ramadhan. ''Kami ingin melestarikan makanan khas sini, karena sudah ada makanan yang khas sini sudah hampir punah karena pembuatnya sudah meninggal misalnya kue lumpur yang dibuat dari beras,''tutur dia.
Sayangnya di depan pintu masuk gang pasar sore ini banyak pengemis. Menurut Chawari, pengemis tersebut ada baru sekitar 3-4 tahun ini. ''Kami tidak bisa melarang mereka, karena kami berpikir mereka mencari makan. Namun kami berpesan kepada para pengemis untuk tidak makan dan minum sebelum waktunya buka puasa, mengenakan baju yang sopan dan jangan sampai mengganggu jalan dan . Karena itu mereka hanya berada di pintu masuk, tidak boleh meminta-minta sambil jalan-jalan,''tutur dia.