Ahad 22 Aug 2010 07:52 WIB

Energi Positif dari Ramadhan di Bosnia

Rep: c06/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, SERAJEVO--Selama Ramadhan, Muslim di Bosnia melakukan perubahan dalam gaya hidup. Mereka menganggap Ramadhan sebagai liburan rohani untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan menghabiskan waktu bersama keluarga serta teman.

Selama satu bulan penuh, Muslim Bosnia membebaskan diri mereka dari urusan dunia sehari-hari. Orang-orang lebih banyak bertemu di masjid, bukan kafe, seperti biasanya. Setelah menjalankan ibadah shalat Tarawih pun masjid masih terisi penuh dengan orang-orang yang berdoa dengan khusyuk. Bahkan, perempuan yang tidak menyatakan dirinya Muslim, pun berpuasa selama bulan Ramadhan.

Ramadhan juga menjadi kesempatan untuk mengetahui politikus mana yang religius. Sebab, urusan agama biasanya tidak diketahui publik Bosnia. Warga Bosnia takut untuk menyatakan diri sebagai Muslim karena hal itu mengusung nasionalisme kritis. Selain itu, urusan agama sangat dikutuk oleh oposisi (Komunis).

Namun demikian, Ramadhan adalah waktu ketika setiap orang dapat menyatakan diri secara bebas tanpa dihakimi. Karena, pemeluk agama lain di Bosnia tahu semua adat istiadat yang orang-orang Muslim lakukan selama bulan suci ini. Mereka juga menghormati bulan Ramadhan dan menyampaikan harapan terbaik untuk umat Islam.

Tren Ramadhan

Program televisi agak lebih kaya dengan konten religius selama Ramadhan. Misalnya saja, ada acara bincang bintang (talk show) untuk menyambut iftar. Pada acara itu, artis terkenal dihadirkan untuk membahas beberapa isu sosial. Akan tetapi, mereka juga berbicara tentang kebiasaan bulan Ramadhan dengan keluarga mereka, tradisi, dan bagaimana Muslim Bosnia menjalankan Ramadhan sekarang ini.

Pada bulan-bulan selain Ramadhan, jarang sekali orang Bosnia yang menunjukkan identitas agama dan memperlihatkan ritual yang berbau religius. Maka, bulan Ramadhan membawa kebebasan agama dan tradisi di Bosnia. Agama berdiri di latar depan. Ramadhan membuat orang-orang Bosnia `bangun' dan mengingat agama. Mereka berdoa, mempelajari Alquran, dan bertobat. Hal itu dilakukan, baik oleh orang dewasa dan anak-anak muda.

Kaum muda Bosnia telah menaruh perhatian pada agama yang menjanjikan. Ramadhan juga menginspirasi banyak gadis untuk mulai memakai jilbab dan memperkuat keyakinan mereka kepada Tuhan. Meskipun Ramadhan akan menghidupkan kembali semangat doa, setelah Ramadan usai, orang-orang perlahan kembali ke kebiasaan dan cara hidup lama. Mereka melupakan kewajiban yang paling penting, yakni doa. Agama kembali mundur ke latar belakang.

Memperbaiki hubungan

Kehadiran bulan suci juga dimaknai sebagai momen untuk memperbaiki dan menyegarkan hubungan dengan kerabat. Keluarga Bosnia biasanya datang ke rumah kerabat lama untuk iftar. Hal itu merupakan kesempatan bagi mereka untuk menjadi lebih dekat. Bisa dikatakan, Ramadhan menghubungkan orang di Bosnia. Bahkan, masyarakat akan menghubungi orang yang telah kehilangan kontak sepanjang tahun di bulan Ramadhan.

Ketika sedang berkumpul dengan keluarga besar, sangat dilarang untuk mengatakan hal-hal buruk tentang orang lain. Orang-orang berusaha untuk berdamai dengan satu sama lain dan saling menghormati. Di sisi lain, Ramadhan membuat orang menjadi lebih berbelas kasih, hangat, dan mereka mencoba untuk melayani orang lain. Mereka mengurangi sifat egois dan lebih terbuka satu sama lain. Pendapat dan saran dari otoritas keagamaan lebih dihormati. Dan, ini merupakan kesempatan yang sangat baik untuk berceramah di masjid-masjid.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement