Selasa 26 Apr 2022 08:48 WIB

Iran dan Saudi Lanjutkan Pembicaraan Rekonsiliasi

Pembicaraan putaran kelima antara Arab Saudi dan Teheran diadakan di Irak.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian, kiri, dan Menlu Irak Fouad Hussein, kanan, menghadiri pertemuan di kementerian luar negeri di Teheran, Iran, Rabu, 13 April 2022.
Foto: AP Photo/Vahid Salemi
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian, kiri, dan Menlu Irak Fouad Hussein, kanan, menghadiri pertemuan di kementerian luar negeri di Teheran, Iran, Rabu, 13 April 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran dan Arab Saudi telah melanjutkan pembicaraan rekonsiliasi putaran kelima di Baghdad, Irak. Prosesnya disebut berlangsung positif dan progresif.

“Pembicaraan putaran kelima antara Arab Saudi dan Teheran diadakan di Irak. Pembicaraan itu progresif dan positif,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh, Senin (25/4/2022).

Baca Juga

Menurut Khatibzadeh, salah satu topik yang turut dibahas adalah perihal pemberian izin bagi 40 ribu Muslim Iran yang hendak menunaikan ibadah haji tahun ini, Dia mengungkapkan, pembahasan tentang hal tersebut baru memasuki tahap awal.

Pada Ahad (24/4/2022) lalu, Menteri Luar Negeri Irak Fouad Hussein mengungkapkan, negaranya akan menjadi tuan rumah putaran baru pembicaraan antara Iran dan Saudi. Sejak April 2021, Iran dan Saudi mulai melakukan pembicaraan rekonsiliasi. Diskusi telah berlangsung sebanyak empat putaran. 

Pertengahan Januari lalu, Menteri Luar Negeri Iran Amir Abdollahian mengungkapkan bahwa pembicaraan putaran kelima sedang dipersiapkan. Kala itu dia turut menyambut rencana dibukanya kembali kedutaan besar Iran dan Saudi di negara masing-masing. 

Pembicaraan putaran kelima antara kedua negara yang tak lagi menjalin hubungan diplomatik sejak 2016 itu awalnya hendak digelar pada Maret. Namun Iran menangguhkannya tanpa memberikan alasan jelas.

Keputusan penangguhan diumumkan tak lama setelah Saudi mengeksekusi 81 terpidana pria. Itu merupakan eksekusi massal terbesar dalam beberapa dekade. Menurut para aktivis, 41 Muslim Syiah termasuk di antara mereka yang dieksekusi.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement