Jumat 06 May 2022 04:43 WIB

Masyarakat Boleh Mudik, Pendapatan Porter di Stasiun Gambir Meningkat

Pendapatan porter cukup untuk membiayai makan empat jiwa per hari.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Seorang porter membawa barang milik penumpang Kereta Argo Lawu saat tiba di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Senin (17/5/2021).
Foto: Antara/Muhammad Adimaja
Seorang porter membawa barang milik penumpang Kereta Argo Lawu saat tiba di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat, Senin (17/5/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pemerintah membolehkan masyarakat untuk mudik Lebaran 2022 disambut sukacita para porter di Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Hal itu karena pendapatan mereka ikut meningkat dibandingkan tahun sebelumnya saat pemerintah melarang mudik.

Tarmuji (40 tahun), salah satu porter di Stasiun Gambir menyebutkan kebijakan larangan mudik Lebaran saat pandemi Covid-19 menyebabkan pendapatannya menurun hingga 50 persen. "Dua tahun lalu kebanyakan nganggur karena sepi enggak ada penumpang, kalau sekarang lumayan," kata Tarmuji saat ditemui di Stasiun Gambir, Kamis (5/5/2022).

Tarmuji enggan menyebutkan secara detail berapa pendapatan yang mereka terima selama mudik Lebaran 2022. Namun, pendapatan satu hari cukup untuk membiayai makan empat jiwa per hari. Dia menyebutkan, porter di Stasiun Gambar merupakan pekerja yang menawarkan jasa pembawa atau pengangkut barang.

Mereka dibayar sukarela oleh calon penumpang kereta dengan tarif minimal Rp 10 ribu sekali membawa barang. Rohmin (39), porter lain menyebutkan, di Stasiun Gambir terdapat 230 porter yang bertugas. Mereka terbagi atas dua kelompok, satu kelompok beranggotakan 115 orang.

Dalam sebulan, setiap porter bekerja selama 15 har, dengan jam kerja mulai dari pukul 05.00 WIB sampai dengan 22.30 WIB. "Di sini ada dua grup, satu grup ada 115 orang. Jadi total porter di Stasiun Gambir itu ada 230 orang, bekerja 1x24 jam, masing-masing bekerja 15 hari dalam sebulan," kata Rohim.

Dia yang sudah 11 tahun bekerja sebagai porter di Stasiun Gambir menyebutkan, meski dibayar secara sukarela, banyak porter yang mampu menyekolahkan anaknya hingga sukses. Beberapa porter memiliki anak yang bekerja sebagai TNI, polisi, bahkan perawat. "Seperti Pak Tarmuji ini anaknya perawat loh," kata Rohim yang juga wakil ketua Pengurus Porter Stasiun Gambir.

Selain bisa untuk membiaya anak sekolah, beberapa porter memiliki usaha sampingan di kampung halamannya, seperti beternak kambing atau berkebun.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement