REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Takbiratul Ihram dalam sholat tidak hanya sebagai pertanda dimulainya sholat. Dalam perspektif tasawuf, takbiratul ihram juga menyimpan sejumlah rahasia besar yang perlu dan penting untuk diperhatikan.
“Takbiratul ihram menjadi pertanda seorang hamba melakukan starting point untuk mikraj, menembus batas ‘dunia atas’,” jelas Imam Besar Masjid Istiqlal, KH Nasaruddin Umar dalam bukunya yang berjudul “Sholat Sufistik” terbitan Alifia Books.
Miraj itu sendiri berarti perjalanan spiritual seorang hamba menuju Tuhannya, sebagaimana ditegaskan dalam Alquran, yaitu:
سُبْحَٰنَ ٱلَّذِىٓ أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِۦ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَٰرَكْنَا حَوْلَهُۥ لِنُرِيَهُۥ مِنْ ءَايَٰتِنَآ ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبَصِيرُ
Artinya: “Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Mahamendengar lagi Mahamelihat.” (QS Al Isra ayat 1).
Menurut Kiai Nasaruddin, miraj bukan hanya dimungkinkan oleh Nabi Muhammad SAW, melainkan juga para hamba-Nya yang dekat dan setia sebagaimana redaksi yang digunakan dalam ayat tersebut.
Nabi Muhammad SAW sendiri juga pernah mengatakan bahwa sholat adalah miraj orang-orang mukmin. Maka, setiap sholat seorang hamba ideal, setiap kali itu pula hamba itu melakukan miraj. Semakin sering sholat, semakin konsisten pula berada di “alam atas”.
Sedangkan lafal takbir, yakni Allahu Akbar, merupakan lafal tauhid yang sangat kuat pengaruhnya dalam diri manusia dan dalam alam mikrokosmos. Di antara rahasia dan kekuatan takbiratul ihram menurut kalangan tasawuf adalah dapat menembus lapis-lapis hijab diri manusia dengan Tuhan. Selain itu, masih banyak keutamaan lainnya.
Kiai Nasaruddin menjelaskan, takbiratul ihram juga disimbolkan dengan mengangkat kedua tangan. Pengangkatan tangan menyimbolkan beberapa makna. Bagi manusia, angkat tangan bisa berarti mengalah atau pasrah.
Selain itu, menurut dia, tangan juga merupakan simbol kekuatan manusia dalam menyelesaikan berbagai persoalan. Jika manusia mampu mengontrol tangan, kekuasaan, kekuatan, dan potensinya, maka manusia akan mencapai tingkat keutamaan dan kesempurnaan.
“Seraya mengangkat tangan, diri kita dengan segala kekuatan dan kelemahannya diserahkan sepenuhnya kepada Allah SWT,” kata Kiai Nasaruddin.