REPUBLIKA.CO.ID, ROMA— Gereja San Gioacchino di Roma dipenuhi lukisan besar, mosaik, dan jendela kaca patri yang rumit, tetapi mungkin mahakarya sebenarnya adalah grafiti dari arang di dinding lotengnya.
Grafiti itu dibuat oleh salah satu dari 35 pria, termasuk orang Yahudi, penganut Kristen anti Fasis, dan tentara pembelot, yang bersembunyi di sana selama pendudukan Nazi dalam Perang Dunia Kedua.
Pastor Ezio Marcelli menemukan grafiti itu pada 1984, 40 tahun setelah pasukan Sekutu membebaskan Roma dari Nazi pada Juni 1944.
Sebelumnya, dia mendengar dari seorang pastor lain bahwa orang-orang bersembunyi di gereja itu selama perang. Dia lalu mulai mencari petunjuk di arsip paroki.
"Saya berhasil menemukan tempat persembunyian ini. Kami melakukan penemuan luar biasa ini," kata dia. "Saya sangat emosional."
"Apa yang terjadi di sini, tentang orang-orang yang dipersekusi, diburu untuk dihukum mati, masih sangat berarti hari ini," kata Marcelli.
Terlepas dari usianya yang sudah 90 tahun, Marcelli tanpa takut menaiki tangga berputar yang mengarah ke loteng itu.
"Kita harus selalu waspada dan hati-hati sehingga tak ada lagi orang yang melakukan tindakan jahat seperti itu," katanya sambil memandu pengunjung melewati lorong rahasia yang pernah ditutup dengan tembok untuk menyembunyikan orang-orang itu dari penggerebekan Nazi.
Tiga grafiti besar di dinding loteng itu, yang dibuat dengan arang, menggambarkan Yesus bermahkota duri, tiruan lukisan "Madonna and Child", dan seorang pria masa itu yang duduk di kursi sederhana dengan kepala di antara kedua tangannya, kemungkinan salah satu buronan.
Meskipun tak bertanda, Marcelli mengatakan gambar-gambar itu hampir pasti dibuat oleh Luigi de Simone karena arsip yang dilihatnya juga berisi kertas sketsa yang ditandatangani oleh de Simone.
Marcelli juga menemukan bungkusan sigaret, kartu remi, korek api, botol anggur kosong dan koran Roma bertahun 1944 dengan artikel anti Semit, sebuah kapsul waktu dari salah satu masa terkelam Italia. Orang-orang itu bersembunyi antara 3 November 1943 dan 7 Juni 1944 itu, rata-rata berjumlah 15 pada satu waktu.
Beberapa dari mereka tinggal selama periode itu. Sebuah biara perempuan di seberang jalan menaungi para wanita. Para buronan masuk dan keluar loteng melalui jendela bundar, biasanya saat malam. Jalan masuk dari dalam ditutup agar mereka tidak ditemukan.
Melalui jendela itulah mereka menerima makanan, pakaian, dan membuang sampah lewat pelindung mereka yaitu pastor, biarawati, dan anggota paroki.
Pesan kepada anggota keluarga dan sebaliknya disampaikan melalui lubang kecil di atap. Semua aktivitas dilakukan secara rahasia dan menggunakan kode lampu senter untuk memberi tahu mereka tentang kemungkinan razia pasukan Nazi, yang menyasar institusi keagamaan.
Pada 1995, Israel memberi penghormatan kepada pastor Antonio Dressino dan anggota sakristi di masa perang, Pietro Lestini, sebagai salah satu penyelamat orang Yahudi.