Rabu 11 May 2022 17:08 WIB

Israel tidak Mau Disalahkan Atas Penembakan Jurnalis Aljazirah

PM Israel mengatakan kemungkinan orang Palestina bersenjata yang lakukan penembakan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Kantor Aljazirah
Foto:

Seorang jurnalis situs berita Palestina yang berada di lokasi penembakan, Shaza Hanaysheh, mengatakan, tidak ada bentrokan atau penembakan oleh militan Palestina. Ketika terdengar tembakan, Hanaysheh dan Abu Akleh berlari menuju pohon untuk berlindung.

"Saya sampai di pohon sebelum Shireen. Dia jatuh ke tanah, dan para prajurit tidak berhenti menembak bahkan setelah dia jatuh. Setiap kali saya mengulurkan tangan ke arah Shireen, para tentara menembaki kami," ujar Hanaysheh.

Qatar mengutuk penembakan yang menewaskan jurnalis Aljazirah. Qatar  menyebut tindakan itu sebagai pelanggaran mencolok terhadap hukum humaniter internasional, dan serangan terang-terangan terhadap kebebasan media.

Duta Besar Amerika Serikat untuk Israel, Tom Nides, menyerukan penyelidikan menyeluruh atas kematian Abu Akleh. Nides membenarkan bahwa, Abu Akleh adalah warga negara Amerika.

Dalam insiden terpisah pada Rabu, Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, seorang anak berusia 18 tahun, yang diidentifikasi sebagai Thair al-Yazouri, ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel di dekat kota Ramallah,  Tepi Barat. Militer sedang menyelidiki insiden tersebut.

Israel merebut Tepi Barat dalam perang Timur Tengah 1967, dan Palestina ingin wilayah itu menjadi bagian utama dari negara masa depan mereka.  Hampir 3 juta warga Palestina tinggal di wilayah di bawah kekuasaan militer Israel.  Israel telah membangun lebih dari 130 pemukiman di Tepi Barat yang merupakan rumah bagi hampir 500 ribu pemukim Yahudi, yang memiliki kewarganegaraan Israel secara penuh.

Israel telah lama mengkritik liputan dan berita-berita Aljazirah. Tetapi pihak berwenang mengizinkan jurnalis Aljazirah untuk beroperasi secara bebas.  Tahun lalu reporter Aljazirah, Givara Budeiri, ditahan ketika meliput aksi protes di Yerusalem. Dia menjalani perawatan di rumah sakit karena patah tangan, yang diduga disebabkan oleh perlakuan kasar polisi.

Hubungan antara pasukan Israel dan media, terutama jurnalis Palestina telah memburuk. Sejumlah wartawan Palestina terluka oleh peluru berlapis karet atau gas air mata saat meliput demonstrasi di Tepi Barat. Seorang jurnalis Palestina di Gaza ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel saat merekam protes kekerasan di sepanjang perbatasan Gaza pada 2018. Wartawan lain yang bekerja untuk stasiun radio lokal Gaza, ditembak pada hari yang sama di perbatasan Gaza dan meninggal seminggu kemudian

 

Pada November 2018, reporter Associated Press Rashed Rashid ditembak di pergelangan kaki kiri oleh pasukan Israel saat meliput protes di dekat perbatasan Gaza. Ketika itu, sia mengenakan alat pelindung yang dengan jelas mengidentifikasi dirinya sebagai seorang jurnalis. Dia berdiri dengan kerumunan jurnalis lain sekitar 600 meter dari perbatasan Israel. Hingga kini, militer Israel tidak pernah mengakui penembakan itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement