Kamis 12 May 2022 11:02 WIB

China Sebut Kritik Kepala WHO Soal Kebijakan Nol Covid-19 Ngawur

Ghebreyesus menyinggung kebijakan zero-Covid China tidak berkelanjutan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pria joging di sebuah taman di Hong Kong, Kamis, 5 Mei 2022. Hong Kong pada Kamis membuka kembali pantai dan kolam renang dalam pelonggaran pembatasan COVID-19, sementara ibu kota China, Beijing, mulai melonggarkan aturan karantina bagi pendatang dari luar negeri.
Foto: AP/Kin Cheung
Seorang pria joging di sebuah taman di Hong Kong, Kamis, 5 Mei 2022. Hong Kong pada Kamis membuka kembali pantai dan kolam renang dalam pelonggaran pembatasan COVID-19, sementara ibu kota China, Beijing, mulai melonggarkan aturan karantina bagi pendatang dari luar negeri.

REPUBLIKA.CO.ID,BEIJING -- Kementerian Luar Negeri China meminta kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus untuk menghindari menyampaikan pernyataan tidak bertanggung jawab. Ghebreyesus sebelumnya menyinggung kebijakan zero-Covid yang diterapkan China tidak berkelanjutan.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Zhao Lijian dalam konferensi pers reguler pada Rabu (11/5), membela langkah-langkah China dalam memerangi pandemi. Dia mengatakan China berharap Direktur Jenderal WHO dapat melihat kebijakan Covid China secara objektif.

Baca Juga

Sedangkan wakil direktur Pusat Pengendalian Penyakit Shanghai Wu Huanyu mengatakan, kota itu akan terus menerapkan kebijakan zero-Covid. Tindakan itu telah menunjukan kemajuan dalam mengendalikan wabah Covid-19, setiap relaksasi dalam tindakan pencegahan dan pengendalian dapat memungkinkan untuk pulih kembali.

"Pada saat yang sama, sekarang juga merupakan saat yang paling sulit dan kritis bagi kota kita untuk mencapai nol-Covid," kata Wu.

"Jika kewaspadaan kita dilonggarkan, epidemi mungkin akan kembali terjadi, sehingga perlu untuk terus-menerus menerapkan pekerjaan pencegahan dan pengendalian tanpa bersantai," katanya.

Ghebreyesus sebelumnya menyinggung  kebijakan tanpa toleransi Covid-19 yang diterapkan China tidak berkelanjutan.  "Kami tidak berpikir itu berkelanjutan mengingat perilaku virus dan apa yang sekarang kami antisipasi di masa depan," katanya.

"Kami telah mendiskusikan masalah ini dengan para ahli Cina. Dan kami mengindikasikan bahwa pendekatan tersebut tidak akan berkelanjutan... Saya pikir perubahan akan sangat penting," ujarnya membuat komentar yang jarang dilakukan oleh badan PBB tentang penanganan pandemi pemerintah tertentu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement