REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Agama Islam mengajarkan umat manusia agar tidak menzalimi diri sendiri dan orang lain.
Dalam konteks keimanan, menzalimi diri sendiri artinya tidak beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya yang menunjukan jalan keselamatan di dunia serta akhirat.
Dalam Alquran surat An Nahl ayat 27-28 dan tafsirnya diceritakan tentang orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat maut dalam keadaan berbuat zalim. Mereka mendapatkan azab sebagai buah dari perbuatannya.
ثُمَّ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ يُخْزِيْهِمْ وَيَقُوْلُ اَيْنَ شُرَكَاۤءِيَ الَّذِيْنَ كُنْتُمْ تُشَاۤقُّوْنَ فِيْهِمْ ۗقَالَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ اِنَّ الْخِزْيَ الْيَوْمَ وَالسُّوْۤءَ عَلَى الْكٰفِرِيْنَۙ الَّذِيْنَ تَتَوَفّٰىهُمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ ظَالِمِيْٓ اَنْفُسِهِمْ ۖفَاَلْقَوُا السَّلَمَ مَا كُنَّا نَعْمَلُ مِنْ سُوْۤءٍ ۗبَلٰىٓ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌۢ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ
“Kemudian Allah menghinakan mereka pada hari Kiamat, dan berfirman, "Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang karena membelanya) kamu selalu memusuhi mereka (Nabi-Nabi dan orang yang beriman)?" Orang-orang yang diberi ilmu berkata, "Sesungguhnya kehinaan dan azab pada hari ini ditimpakan kepada orang yang kafir, (yaitu) orang yang dicabut nyawanya oleh para malaikat dalam keadaan (berbuat) zalim kepada diri sendiri, lalu mereka menyerahkan diri (sambil berkata), "Kami tidak pernah mengerjakan suatu kejahatan pun." (Malaikat menjawab), "Pernah! Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang telah kamu kerjakan." (QS An Nahl 27 28)
Ayat 28 ini dalam penjelasan Tafsir Kementerian Agama menerangkan bahwa Allah SWT melukiskan keadaan orang-orang musyrik pada akhir hayat mereka, yaitu ketika malaikat maut akan merenggut nyawa mereka sedangkan mereka masih tetap dalam keadaan menganiaya diri sendiri. Mereka tidak dapat mengelakkan diri dari kematian dan malaikat pencabut nyawa. Mereka juga telah mengingkari pencipta alam semesta.
Pada saat itu, mereka membayangkan siksaan yang akan mereka terima karena mengingkari Allah Yang Maha-Esa dan menganiaya diri sendiri. Ketika itu, nurani merekalah yang berbicara, mereka mengakui kebenaran-Nya. Seraya mereka mengatakan kami tidak menyekutukan Allah SWT dengan yang lain. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT berikut:
ثُمَّ لَمْ تَكُنْ فِتْنَتُهُمْ إِلَّا أَنْ قَالُوا وَاللَّهِ رَبِّنَا مَا كُنَّا مُشْرِكِينَ “Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah.” (QS Al Anam ayat 23)
Pengakuan seperti itu sangat terlambat karena pada saat sebelum kematian, mereka di dunia mendustakan keesaan Allah SWT dan bergelimang dalam kebatilan.
Tidaklah benar apabila mereka mengharapkan kebahagiaan, karena mereka telah diberi akal yang dapat menilai baik dan buruk.
Mereka sadar betapa besarnya dosa mendustakan Keesaan Allah SWT dan wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, hukuman yang pantas bagi mereka adalah menerima siksaan yang sesuai dengan amal perbuatannya.
Mereka tidak dapat lagi menutup-nutupi kejahatan yang mereka lakukan, karena sesungguhnya mereka sendiri telah menyadari dan mengakui kejahatan mereka dan sesungguhnya Allah Mahamengetahui apa yang mereka kerjakan.