Selasa 17 May 2022 13:26 WIB

Lebih dari 500 Ternak di Garut Terinfeksi PMK

Angka kematian hewan akibat penyakit itu juga mengalami peningkatan. 

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Dokter hewan memeriksa kesehatan hewan sapi di salah satu lokasi peternakan.
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Dokter hewan memeriksa kesehatan hewan sapi di salah satu lokasi peternakan.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Hewan ternak yang terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Garut terus bertambah. Angka kematian hewan akibat penyakit itu juga mengalami peningkatan. 

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut, Sofyan Yani, mengatakan, berdasarkan data hingga Senin (16/5/2022), total hewan ternak yang terinfeksi PMK berjumlah 517 ekor. Sebanyak 471 ekor sapi potong, 183 ekor sapi perah, dan 55 ekor domba. 

"Sekarang kami terus melakukan pengobatan kepada hewan yang sakit. Kemudian memberikan disinfektan ke kandang-kandang hewan ternak," kata dia saat dihubungi Republika, Selasa (17/5/2022).

Dari total 517 ekor ternak yang terinfeksi PMK, baru 340 ekor ternak yang dapat diobati dan 28 ekor ternak yang kondisinya mengalami perbaikan. Sementara itu, enam ekor ternak dilaporkan mati dan 19 ekor ternak dipotong paksa.

Hingga saat ini, baru 69 peternakan yang ada di sembilan kecamatan, Kabupaten Garut, yang diperiksa oleh tim. Kecamatan Leles merupakan daerah dengan perternakan paling banyak diperiksa, yaitu di 15 lokasi. Sementara itu, di Kecamatan Garut Kota ada 12 lokasi peternakan terdampak, Cisurupan 15 lokasi, Cikajang dua lokasi, Wanaraja delapan lokasi, Karangpawitan satu lokasi, Banyuresmi dua lokasi, Cilawu dua lokasi, dan Cigedug 12 lokasi.

Sofyan mengatakan, hingga saat ini belum ada keterapan dari Kementerian Pertanian yang menyatakan Kabupaten Garut sebagai daerah wabah PMK. Kendati demikian, dia menilai, Garut telah menjadi daerah wabah. "Secara fakta, Garut sudah menjadi daerah wabah," ujar dia.

Dinasnya juga telah melakukan pencegahan meluasnya wabah itu dengan berbagai upaya. Salah satunya adalah dengan melarang aktivitas pasar hewan hingga waktu yang belum ditentukan. Selain itu, pihaknya juga telah melarang kegiatan seni ketangkasan dan membatasi mobilisasi keluar masuk hewan ternak. 

Dari luar terus dijaga, terutama dari daerah wabah. "Keterlibatan semua sektor sudah berjalan," kata Sofyan.

Sementara Wakil Bupati Garut Helmi Budiman, mengimbau para peternak untuk tetap tenang. Dia mengatakan, penyakit PMK dapat disembuhkan asal semua pihak tanggap dalam melakukan penanganan.

Menurut dia, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut telah bergerak untuk melakukan penanganan. Petugas telah ke berbagai peternakan untuk memberikan obat-obatan, vitamin, juga membersihkan kandang, untuk menanggulangi wabah tersebut.

Helmi juga meminta masyarakat untuk tak panik. Sebab, PMK tak menular kepada manusia. Hanya menyerang hewan. "Ini tidak menyerang manusia. Namun manusia bisa menjadi perantaran penularan kepada hewan," kata dia.

Terkait kelayalak daging sapi di pasaran, dia menilai, setiap daging yang dijual di pasar dipotong di rumah potong hewan (RPH). Menurut dia, setiap RPH di Kabupaten Garut terdapat dokter hewan yang bertugas menjaga kelayakan daging yang beredar di pasaran.

"Jadi tak perlu khawatir. Kalau daging dimasak, itu tak akan menimbulkan penyakit bagi manusia," kata dia.

Helmi menambahkan, pihaknya juga akan menurunkan dokter hewan bertugas untuk memastikan kesehatan hewan jelang Idul Adha. Setiap hewan yang diperjualbelikan akan dilengkapi dengan surat keterangan sehat. 

"Jadi masyarakat membeli yang ada surat keterangan sehatnya. Kalau tak ada suratnya, sebaiknya tidak dibeli," kata dia.

Dia menambahkan, pihaknya juga telah membentuk satuan tugas (satgas) untuk penanggulangan PMK. Satgas itu terdiri dari berbagai pihak, termasuk aparat kepolisian untuk melakukan pengawasan di lapangan. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement