Selasa 17 May 2022 13:37 WIB

Apa Itu Teori The Great Replacement?

Teori The Great Replacement yakin populasi kulit putih berusaha diganti

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Seorang penyelidik bekerja di lokasi penembakan di sebuah supermarket, di Buffalo, N.Y., Senin, 16 Mei 2022.
Foto: AP/Matt Rourke
Seorang penyelidik bekerja di lokasi penembakan di sebuah supermarket, di Buffalo, N.Y., Senin, 16 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, Penyidik penembakan massal di Buffalo, New York, Amerika Serikat (AS) menelusuri manifesto 180 halaman yang diyakini ditulis pelaku Payton Gendron. Dokumen itu menekankan teori konspirasi The Great Replacement yang populer di antara pendukung supremasi kulit putih di AS dan belahan dunia lainnya.

Lalu dari mana asalnya dan seberapa besar signifikansinya pada kelompok sayap kanan kulit-putih. Teori The Great Replacement yakin orang Yahudi atau kelompok progresif berusaha mengganti populasi kulit putih dengan masyarakat berwarna. Mereka menyebutnya sebagai "genosida kulit putih."

Baca Juga

Teori ini percaya elit politik dan bisnis jahat akan mempertahankan kekuasaan mereka pada orang banyak dengan mengambil keuntungan dari masyarakat non-kulit putih yang berutang budi. Sembilan dari 10 orang yang Gendron bunuh adalah warga kulit hitam.

Dalam unggahannya di media sosial ia mengatakan orang kulit putih di AS digantikan minoritas. Pemikiran ini berakar dari nasionalisme Prancis pada awal abad 20.

Organisasi hak sipil ADL (Anti-Defamation League) menjelaskan teori konspirasi ini dipopulerkan kembali oleh Renaud Camus yang percaya imigran dari Afrika dan Timur Tengah akhirnya akan menyingkirkan orang kulit putih di Eropa. Banyak orang kulit putih AS dan di luar negeri yang yakin orang Yahudi aktif mendorong imigrasi masyarakat berwarna.

Teori konspirasi The Great Replacement genosida kulit putih merupakan pilar ideologi Nazi Jerman. Nazi menjadikan masyarakat Yahudi sebagai kambing hitam atas merosotnya peradaban kulit putih Eropa. Nazi membunuh enam juta orang Yahudi selama Perang Dunia II.  

Pihak berwenang menetapkan penembakan di Buffalo bermotif kebencian rasial. Pembantaian terbaru dari dari serangkaian penembakan massal bermotif serupa sebelumnya. Seperti penembakan massal di Walmart di El Paso, Texas tahun 2018 yang bermotif kebencian terhadap masyarakat Hispanik.

Penembakan serupa juga terjadi satu tahun sebelumnya di sinagog di Pittsburgh. Pelaku berteriak "semua Yahudi harus mati" sebelum melepaskan tembakan ke arah jemaat.

Penembakan di Buffalo terhubung dengan serangan di dua masjid di Selandia Baru yang menewaskan 51 orang pada 2019 lalu. Seperti di Christchurch penembakan di Buffalo juga siarkan langsung di internet.

Awalnya teori konspirasi tersebar di forum-forum internet yang tidak populer. Tapi kemudian masuk ke arah media arus utama terutama di media-media konservatif Amerika seperti stasiun televisi Fox. Tahun lalu pembawa acara Tucker Carlson mengatakan Partai Demokrat mencoba mengganti proses pemilihan di AS.

"Dengan orang-orang baru, pemilih yang lebih patuh dari Dunia Ketiga," katanya. Politisi Partai Republik  Matt Gaetz mengamini pernyataan rasialis Carlson tersebut.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement