Kamis 19 May 2022 18:51 WIB

Mahasantri Ma’had Aly Babussalam Diharapkan Jadi Kader Ulama Tafsir

Ma’had Aly Babussalam harus terus memperbanyak referensi klasik.

Mahad Aly Babussalam Al-Hanafiyyah Matangkuli,  Aceh Utara menggelar acara pembekalan untuk mahasantri dan dosen, beberapa hari lalu.
Foto: Dok Ma'had Aly Babussalam
Mahad Aly Babussalam Al-Hanafiyyah Matangkuli, Aceh Utara menggelar acara pembekalan untuk mahasantri dan dosen, beberapa hari lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH UTARA -- Sekitar seratus mahasantri dan dosen Ma’had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah Matangkuli,  Aceh Utara mengikuti pembekalan tentang  “Arah dan Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Keilmuan Tafsir dan Ilmu Tafsir di Ma'had Aly”. Acara yang berlangung beberapa hari lalu di Aula Ma’had Aly Babussalam ini dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh, Zahril Fajri  SAg MM dan turut diberi sambutan oleh Pimpinan Dayah Babussalam, Waled H  Sirajuddin Hanafi.

Hadir sebagai narasumber acara ini yaitu Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof Dr Fauzi Saleh MA. Ia menyampaikan materi tentang "Strategi Pengembangan Jurusan Tafsir dan Ilmu Tafsir di Ma'had Aly Berbasis Studi Turast".

Pemateri kedua yaitu Dr  Teuku Zulkhairi MA yang juga Mudir Ma’had Aly Babussalam. Ia menyampaikan materi tentang "Pengembangan Kurikulum Studi Tafsir dan Ilmu Tafsir di Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah".

Pemateri selanjutnya yaitu  Tgk Taufiq Yacob  SPdI MSSos yang berbicara tentang "Inovasi Pembelajaran Tafsir dan Ilmu Tafsir Berbasis Kitab Kuning di Ma'had Aly”dan Tgk Ibnu Hajar  SPd MPd yang menyampaikan materi tentang "Pengembangan Kapasitas Menulis Dosen dan Mahasantri Ma'had Aly Babussalam Al-Hanafiyyah".

Mudir Ma’had Aly Babussalam dalam siaran persnya mengatakan, acara yang berlangsung penuh selama dua hari dan  diikuti seratusan mahasantri dan 20 orang dosen ini difasilitasi oleh Dinas Pendidikan Dayah Aceh.

Sebelumnya, Mudir Ma’had Aly Babussalam Dr  Teuku Zulkhairi menyampaikan bahwa acara ini sangat penting karena Ma’had Aly Babussalam khususnya saat ini sedang dalam tahap pengembangan di tengah berbagai keterbatasan yang ada dari infrastruktur maupun sumber daya manusia. 

“Oleh sebab itu, kami juga menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya atas kehadiran Guru Besar UIN Ar-Raniry Prof  Dr Fauzi Saleh yang datang memberikan pembekalan kepada mahasantri dan dosen kami tentang arah pembelajaran tafsir berbasis studi naskah klasik, “ ujar Teuku Zulkhairi dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Kamis (19/5).

Sementara itu, pemateri lainnya, Tgk. Taufiq Yacob dalam ulasannya menyampaikan sejumlah syarat agar para mahasantri Ma’had Aly Babussalam dapat menjadi kader-kader ulama tafsir di masa mendatang. Ia mengatakan bahwa syarat utamanya para mahasantri harus selalu melakukan inovasi bathiniyah dalam kehidupannya sehari-hari baik di dayah maupun di luar dayah dan kapan saja agar hatinya terus bersih.  Sehingga,  dapat menyerap dengan mudah semua materi pembelajaran di Ma’had. 

Tanpa kebersihan hati, kata Tgk  Taufiq akan sangat sulit seorang penuntut ilmu dapat menikmati limpahan karunia ilmu dari Allah SWT.  Dengan proses pembelajaran yang dilakukan dan dibarengi dengan kebersihan hari para dosen dan mahasantri, insya Allah ilmu dari Allah akan mudah untuk diserap.

“Inovasi bathiniyah dimulai dengan meluruskan niat dalam menuntut ilmu.  Karena,  niat adalah ruhnya segala bentuk ibadah, termasuk di dalamnya ibadah ta’allum (menuntut ilmu). Menuntut ilmu mesti diniatkan untuk mencari ridha Allah, melestarikan  ilmu agama, dan menghidupkan Islam. Jangan sampai motivasi awal dari menuntut ilmu adalah untuk mendapatkan pujian dari manusia dan mendapatkan keuntungan duniawi yang sangat rendah dan hina, “ ujar Tgk Taufiq mengutip Syaikh Az-Zarnuji.

Menurut Tgk Taufiq yang juga dosen Ma’had Aly Babussalam ini, untuk mendapatkan ilmu mesti malalui proses belajar. Untuk mendapatkan pemahaman mesti melalui proses tafakkuh. (HR At-Thabrani). 

“Memang ada ilmu ghairu muktasab (tidak perlu belajar) yaitu ilmu melalui wahyu yang diberikan kepada para anbiya dan ilmu melalui ilham dan kasyaf yang diberikan kepada para aulia. Akan tetapi,  kasusnya nadirah, lumrahnya untuk mendapatkan pengetahuan itu harus melalui proses belajar,” paparnya. 

Sementara itu, Prof  Dr  Fauzi Saleh yang merupakar pakar tafsir ini dalam ulasannya menyampaikan bahwa Ma’had Aly Babussalam harus terus memperbanyak referensi klasik dalam proses pembelajarannya. “Lebih dari itu, Ma’had Aly Babussalam juga dapat melakukan inovasi dalam pembelajarannya seperti kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan Tafsir Ijmali dan kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan Tafsir Tahlili,” kata Prof Fauzi Saleh.

Pemateri lainnya, Tgk Ibnu Hajar yang tulisan-tulisan jurnalnya telah dimuat di jurnal bereputasi internasional di dalam dan luar negeri menyampaikan  kiat menulis karya ilmiah untuk dimuat di jurnal-jurnal bereputasi internasional. Tgk Ibnu Hajar juga menyampaikan kiat-kiat agar para mahasantri dan dosen dapat terus memperoleh inspirasi untuk menulis karya ilmiah.

Teuku Zulkhairi mengatakan, Ma’had Aly Babussalam yang baru berumur tiga tahun sangat membutuhkan bantuan ide-ide dan gagasan semua pihak agar terus berproses ke arah yang sesuai harapan, yakni melahirkan kader-kader ulama tafsir. “Oleh sebab itu, semua masukan dan saran akan ditampung untuk perbaikan, termasuk perbaikan kurikulum dan inovasi dalam pembelajaran,” kata Teuku Zulkhairi.

Di Ma’had Aly Babussalam di usianya yang ketiga tahun saat ini terdapat 262 orang mahasantri putra dan putri. Sementara Dayah Babussalam yang menaunginya dihuni oleh 1.200 santriwan dan santriwati di luar jumlah calon santri yang saat ini sedang membludak mendaftarkan untuk masuk. 

Mendapatkan SK dengan takhassus Tafsir dan Ilmu Tafsir dari Kemenag RI pada akhir tahun 2019, Ma’had Aly Babussalam yang berlokasi di Gampong Blang, Matangkuli Aceh Utara terus berupaya melakukan proses pembelajaran dalam mendidik mahasantri menjadi kader ulama tafsir. 

Ma’had Aly Babussalam Matangkuli merupakan satu di antara enam Ma’had Aly di Aceh yang menyelenggarakan program pendidikan tinggi (dayah manyang) dimana para mahasantri nantinya akan memperoleh gelar Ijazah Sarjana Agama (SAg) setelah belajar delapan semester dan menyelesaikan tugas akhir penulisan risalah/skripsi.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement