Sabtu 28 May 2022 06:27 WIB

Sampah Plastik Juga Tanggung Jawab Produsen, Bukan Semata Konsumen

Dalam ekonomi sirkular, ada kewajiban produsen untuk mengelola sampahnya sejak awal.

Red: Erik Purnama Putra
Pekerja mengelola limbah plastik untuk dimanfaatkan ulang sebagai produk kerajinan bernilai jual.
Foto: Istimewa
Pekerja mengelola limbah plastik untuk dimanfaatkan ulang sebagai produk kerajinan bernilai jual.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Model ekonomi sirkular belum sepenuhnya diterapkan di Indonesia. Padahal, ke depannya, semua perusahaan yang beroperasi di negeri ini, mau tidak mau harus mengimplementasikan ekonomi sirkular dan ekonomi hijau.

Tokoh pemerhati lingkungan Alexander Sonny Keraf menerangkan, kelak seluruh biaya terkait sumber daya alam (SDM) dan biaya pengelolaan limbah akan dikalkulasi dan diinternalisasi ke dalam akuntansi keuangan perusahaan. Dengan demikian, kata dia, perusahaan bisa mengurangi limbah dan harus lebih efisien dan bertanggung jawab dalam penggunaan sumber daya alam (SDA).

Salah satu contoh di ekonomi sirkular yang berkembang, menurut Sonny, adalah penerapan tanggung jawab produsen yang lebih luas (extended producer responsibility), khususnya menyangkut

sampah atau limbah. Selama ini, sambung dia, telah terjadi salah kaprah di kalangan perusahaan karena menganggap sampah merupakan tanggung jawab konsumen.

Sehingga, konsumen didesak untuk memilah, mengumpulkan, dan membuang sampah di tempatnya.

"Kita lupa bahwa sampah itu sumbernya dari produsen juga, khususnya sampah industri atau sampah

kebutuhan konsumsi, seperti botol dan kotak minuman kemasan," kata Sonny dalam siaran di Jakarta, Sabtu (28/5/2022).

Sonny menjelaskan, dalam ekonomi sirkular, ada kewajiban produsen untuk mengelola sampahnya sejak awal, yaitu saat mendesain atau merancang barang yang akan diproduksi. Kalau pabrikan sudah merancangnya sejak awal, kata dia, produsen bisa memilih bahan baku kemasan yang tidak akan menimbulkan sampah.

"Atau mereka akan bertanggung jawab untuk mengumpulkan kembali sampah plastik atau kardus yang menjadi sisa-sisa dari produksinya," kata menteri negara lingkungan hidup periode 1999-2001 tersebut.

Dia menjelaskan, satu solusi yang bisa dilakukan para pelaku usaha, adalah menerapkan

konsep ekonomi sirkular. Ekonomi sirkular merupakan model industri baru yang berfokus pada

reducing, reusing, dan recycling yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan

produksi limbah.

"Saat ini dunia usaha menyadari pentingnya tanggung jawab yang berkelanjutan bagi kelangsungan komunitas dan lingkungan. Sementara konsumen secara global juga mulai sadar dan khawatir dengan krisis bumi dan krisis iklim, yang membuat mereka semakin menuntut produk dan model bisnis yang ramah lingkungan," kata Sonny.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement