Senin 30 May 2022 16:00 WIB

16 Tahun Lumpur Lapindo, Puluhan Ribu Warga Sekitar Derita ISPA

Gangguan diduga karena kondisi lingkungan, udara, dan air yang memburuk.

Rep: Febryan A/ Red: Ilham Tirta
Endapan lumpur Lapindo mengering di kolam penampungan di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur pada  Mei 2021.
Foto: ANTARA/Umarul Faruq
Endapan lumpur Lapindo mengering di kolam penampungan di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur pada Mei 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan ribu warga Sidoarjo, Jawa Timur, yang tinggal di sekitar lokasi semburan lumpur Lapindo dilaporkan menderita infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Lumpur Lapindo pertama kali menyembur pada 29 Mei 2006, atau 16 tahun yang lalu.

Herwati, warga Porong sekaligus penyintas tragedi Lapindo mengatakan, pada tahun 2020 saja, terdapat 35.480 warga yang yang mengidap ISPA. Rinciannya, di Puskesmas Porong dengan 3.144 pasien, Puskesmas Jabon 3.623 pasien, dan Puskemas Tanggulangin 28.713 pasien.

Baca Juga

"Warga menduga gangguan itu ada kaitannya dengan kondisi lingkungan, khususnya udara dan air yang kian memburuk," ujar Herawati dalam keterangan tertulis bersama kelompok pemerhati lingkungan, yang diterima Republika.co.id di Jakarta, Senin (30/5/2022).

Herwati mengatakan, air sumur yang sebelumnya digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari warga di sekitar lokasi semburan lumpur Lapindo, kini tidak dapat digunakan. "Air berbau karat, berwarna keruh coklat-kekuningan, dan asin," katanya.

Alhasil, warga terpaksa membeli air bersih dalam kemasan jeriken untuk kebutuhan minum dan memasak. Mereka harus merogoh kocek Rp 2.500 untuk 25 liter air.

Aktivis Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Ki Bagu, mengatakan, semburan lumpur juga menyebabkan pencemaran logam berat seperti timbal (Pb), Kadmium (Cd), dan Selenium (Se) pada lahan-lahan pertanian maupun tambak ikan sekitar lumpur Lapindo. Kandungan logam berat pada lahan pertanian dan pada produk hasil pertanian, melebihi baku mutu nilai ambang batas.

"Kandungan logam berat itu menyebabkan produk pertanian tidak aman dikonsumsi dan produktivitasnya menurun," kata Ki Bagus.

Selain memburuknya kualitas kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, dampak paling nyata semburan lumpur Lapindo adalah terpaksa mengungsinya ribuan warga yang rumahnya terendam banjir semburan lumpur.

Semburan lumpur Lapindo mulai terjadi tanggal 29 Mei 2006, persis 16 tahun lalu. Ketika itu, lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas Inc di Dusun Balongnongo, Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jatim menyembur ke mana-mana. Semburan lumpur panas itu terjadi bertahun-tahun dan menggenangi 12 desa di tiga kecamatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement