REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pancasila adalah konsensus tertinggi para bapak bangsa tahun 1945 tentang dasar falsafah negara Republik Indonesia.
"Pancasila mempertemukan dan merekat semua aspirasi, terutama aspirasi kebangsaan dan Islam menjelang kemerdekaan. Karena itu lima sila dalam Pancasila dan pengamalan nilai-nilai Islam saling memperkuat," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat (Sesditjen Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag), Muhammad Fuad Nasar, melalui pesan tertulis kepada Republika.co.id, Rabu (1/6/2022).
Fuad mengingatkan amanat Bung Hatta tentang Sila Ketuhanan Yang Maha-Esa, yaitu tidak hanya dasar hormat menghormati agama masing-masing, melainkan menjadi dasar yang memimpin ke jalan kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, dan persaudaraan.
Dalam kumpulan pidato Bung Hatta jilid III bahwa sila Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu bangsa Indonesia mengakui adanya kekuasaan yang memberi petunjuk kepada manusia supaya memegang kebenaran, keadilan, dan kebaikan.
Dengan percaya kepada Tuhan Yang Maha-Esa seperti tersebut dalam sila pertama Pancasila, rakyat Indonesia menempatkan politik nasional di atas dasar moral.
Fuad mengungkapan, generasi -muda Indonesia yang memahami cita-cita perjuangan bangsa dan konsisten melaksanakan nilai-nilai Pancasila diharapkan mampu mengubah kondisi bangsa menjadi lebih baik.
"Kalau kita semua konsisten dengan Pancasila dan amanat Pembukaan UUD 1945 yang memuat tujuan bernegara, niscaya kecenderungan neo liberalisme dan sikap-sikap intoleran sesama anak bangsa tidak akan muncul," ujar Fuad.
Fuad berpesan kepada seluruh elemen bangsa, mari membumikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara. Sehingga proses legislasi dan kebijakan eksekutif bisa dipertanggungjawabkan dari aspek kesesuaian dengan Pancasila.
"Jadikan nilai-nilai Pancasila sebagai spirit dan penuntun dalam tata kelola negara dan pemerintahan atau birokrasi agar terwujud pelayanan publik yang bersih, profesional, modern serta berwibawa. Kita perlu mentransformasikan Pancasila dari idealitas menjadi realitas berbangsa dan bernegara," ujarnya.