REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Pencemaran lingkungan akibat sampah hingga saat ini masih terjadi di sejumlah tempat. Namun hal tersebut kini sudah mulai dapat direduksi melalui pengelolaan sampah yang tepat. Salah satu metode yang dapat dilakukan adalah melalui pengolahan sampah organik menggunakan teknik eco enzyme.
Pengelolaan sampah organik melalui teknik eco enzyme dapat diterapkan bagi rumah tangga dan juga pertanian yang menghasilkan fermentasi sampah dapur organik. Teknik ini pertama kali ditemukan di Thailand dan mulai berkembang di berbagai negara di Asia.
Bagaimanakah teknik ini diterapkan? Manajemen sampah melalui teknik eco enzyme dilakukan dengan cara memanfaatkan sisa-sisa kulit buah dan sayur di dapur untuk menghasilkan cairan yang bermanfaat. Hasil dari fermentasi eco enzyme yang telah di proses dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti sabun cuci tangan, sabun cuci piring, pembersih dapur, pembersih lantai, pupuk tanaman dan pembersih buah dan sayuran.
Turut berkontribusi pada kesehatan lingkungan hidup melalui berbagai program, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) memberikan pelatihan bagi seluruh pengurus desa wisata binaan BCA dan para pemenang serta finalis BCA Desa Wisata Award melalui webinar yang dihadiri oleh EVP CSR BCA Inge Setiawati beserta narasumber pelopor pertama Eco Enzyme Indonesia (EEI) Vera Tan pada beberapa waktu lalu.
“BCA berkomitmen untuk terus memberikan pendampingan kepada desa binaan melalui berbagai program dan inisiatif menarik terutama di tengah pandemi. Seperti yang kita ketahui bersama, saat ini aktivitas pariwisata sudah mulai berjalan kembali maka dari itu penting bagi BCA mengembangkan kapasitas SDM desa wisata. Webinar kali ini mengajak seluruh peserta untuk memahami pentingnya menjaga lingkungan khususnya melalui pengolahan sampah organik,” ujar Inge dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (2/6).
Pada penyelenggaraan webinar ini, seluruh peserta webinar diberikan pembekalan materi secara lengkap mulai dari pengenalan eco enzyme hingga cara yang harus dilakukan untuk membuat cairan fermentasi ini. Tidak hanya itu, edukasi mengenai Eco Enzyme ini juga diharapkan dapat disampaikan ke seluruh anggota desa lainnya untuk upaya menjaga lingkungan bersama.
Pilar solusi bisnis unggul yang dimiliki oleh CSR BCA memiliki fokus pada pembinaan desa dan komunitas serta pilar sinergi yang berfokus pada lingkungan. Inge menegaskan bahwa tujuan diadakannya pelatihan ini juga untuk memberikan tambahan wawasan bagi para peserta webinar pelatihan eco enzyme mengenai pemanfaatan limbah sampah secara tepat.
“Kegiatan ini juga menjadi upaya nyata BCA dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan untuk mencapai Sustainable Development Goals (SDGs). Kami berharap melalui kegiatan ini juga dapat mendorong pengurus desa untuk memahami pentingnya mengelola limbah khususnya sampah rumah tangga. Semoga dengan adanya kegiatan ini juga dapat menciptakan lingkungan desa wisata yang asri dan menginspirasi,” ujar Inge menutup pembicaraan.