REPUBLIKA.CO.ID, TANAH LAUT -- Provinsi Kalimantan Selatan ternyata menyimpan potensi pertanian yang besar. Selain subsektor perkebunan, juga potensi tanaman pangan, hortikultura serta peternakan juga potensial apabila diolah dengan baik.
Tingginya potensi sumber daya alam (SDA) yang didukung banyaknya generasi milenial, tentulah sangat tepat upaya Kementerian Pertanian RI menjadikan Kalsel sebagai salah satu lokasi Pengembangan Kewirausahaan dan Ketenagakerjaan Terdidik sektor Pertanian melalui Program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS).
Kabupaten Tanah Laut adalah satu dari tiga kabupaten di Kalsel yang menjadi sasaran program regenerasi petani bekerjasama dengan IFAD.
Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo mengatakan untuk meningkatkan produktivitas pertanian tak bisa dilakukan oleh Kementan saja, namun butuh gerakan dari seluruh pihak, utamanya dukungan pemerintah daerah.
“Produksi dan produktivitas pangan kita harus ditopang oleh kualitas SDM pertanian yang unggul kalau kita ingin mencapai sektor pertanian yang maju, mandiri, dan modern. Ini bukan hanya tanggung jawab Kementan, perlu sinergi dari semua pihak baik kementerian/lembaga, pemerintah daerah, stakeholders serta insan pertanian," katanya.
Memastikan Program YESS berjalan lancar, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi dalam rangkaian kunjungan kerjanya di Kalsel, bertemu dengan penyuluh, mobilizer, penerima manfaat Hibah Kompetitif (HK) serta fasilitator muda program YESS di Kabupaten Tanah Laut, Rabu [1/6] seraya mengapresiasi kinerja mereka, utamanya para penerima HK.
“Saya senang melihat perkembangan regenerasi petani di Tanah Laut. Kementan akan terus memfasilitasi, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan SDM pertanian, khususnya petani milenial melalui pelatihan. Hadirnya program YESS serta program Kementan lainnya jangan disia-siakan, ini peluang baik," katanya.
Menanggapi kisah sukses Khairul Effendi, salah satu penerima HK 2021, yang tengah melakukan budidaya melon, Dedi Nursyamsi mengingatkan Khairul maupun petani milenial lainnya di seluruh Indonesia, jangan lekas merasa puas dengan hasil yang diperoleh.
“Petani milenial jangan lekas puas. Kalau saat ini memiliki lahan satu hektar, ke depan harus mematok target peningkatan luasan lahan," kata Dedi Nursyamsi.
Menurutnya, apabila saat ini produktivitasnya 20 ton, maka ke depan, harus upayakan meningkat dua kali lipat. Kalau saat ini fokus mengembangkan budidaya melon, ke depan harus mencoba mengembangkan komoditas pertanian lainnya.
"Orientasinya harus diubah, jangan hanya menghasilkan produk pertanian, juga harus menjadi ladang bisnis, yang menghasilkan cuan,” kata Dedi.