REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Sebuah aplikasi telepon memungkinkan perempuan di Jalur Gaza Palestina untuk melaporkan kekerasan dalam rumah tangga yang dialami secara anonim.
Mereka dapat melaporkan secara anonim dan memungkinkan korban untuk mencari bantuan ke pihak berwajib secara langsung tanpa diketahui pelaku kekerasan.
Aplikasi ini bernama “Masahatuna” atau “Ruang Kami” dikembangkan insinyur komputer lokal Alaa Huthut. Tujuan diluncurkannya aplikasi ini adalah karena melihat perlunya cara untuk mencari nasihat dengan aman dalam masyarakat, di mana tekanan keluarga membuat banyak kekerasan dalam rumah tangga tidak terlihat.
“Privasi sangat penting karena ketakutan biasanya menjadi penyebab utama wanita tidak menghubungi atau mengunjungi pusat kesehatan,” katanya kepada Reuters, dilansir dari Alarabiya, Ahad (5/6/2022).
Aplikasi ini memungkinkan wanita untuk mendaftar ke layanan tanpa memberikan nama mereka atau meninggalkan jejak kontak mereka dengan pusat perawatan di ponsel mereka sendiri. "Jika ada yang melihat telepon, mereka tidak akan tahu dia melakukan kontak," kata Huthut.
Gaza, yang dikelola kelompok Hamas, adalah rumah bagi sekitar 2,3 juta orang, hampir setengah dari mereka adalah wanita.
Pada 2019, Biro Statistik Palestina mengatakan 41 persen wanita di Gaza telah menghadapi kekerasan dalam rumah tangga. Kelompok-kelompok wanita mengatakan bahwa, masalah ini semakin memburuk selama penguncian virus corona.
“Saya menghadapi kekerasan verbal dan fisik selama bertahun-tahun,” kata seorang wanita Gaza, 28, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Setelah perceraiannya dua tahun lalu, wanita itu mengatakan dia menghadapi ancaman dari mantan suaminya dan keluarganya yang mengancam akan membawa pergi putranya yang berusia 7 tahun.
Kholoud Al-Sawalma dari Pusat Media Komunitas Gaza mengatakan, 355 wanita telah mengunduh aplikasi dan 160 telah menghubungi pusat bantuan yang memberikan dukungan psikologis dan hukum.
Bulan lalu, pengadilan Gaza menjatuhkan hukuman mati kepada seorang pria yang memukuli istrinya sampai mati. Tapi kelompok perempuan mengatakan lebih banyak yang harus dilakukan untuk menghentikan kekerasan dalam rumah tangga di Gaza, di mana mereka mengatakan beberapa perempuan yang melaporkan pelecehan kadang diarahkan ke pemimpin klan untuk menyelesaikannya.
"Dalam beberapa kasus di mana wanita meninggal karena pelecehan, beberapa pria mungkin mencoba melarikan diri dari hukuman berat dengan menuduh pasangan mereka melakukan perzinahan atau masalah kesehatan mental palsu," kata advokat hukum.
Sumber: alarabiya