REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dominan menjadi kata yang paling tepat untuk menggambarkan duel antara Iga Swiatek dengan Coco Gauff di final nomor tunggal putri French Open 2022, Sabtu (4/6) waktu setempat. Hanya butuh waktu sekitar 68 menit buat Swiatek membungkam Gauff dengan straight set, 6-1, 6-3, untuk menjadi petenis putri terbaik di ajang Grand Slam itu.
Partai final yang digelar di Lapangan Phillipe Cartier itu bisa dibilang sebagai final ideal. Coco Gauff, yang berusia 18 tahun, menjadi kejutan terbesar di turnamen tenis lapangan tanah liat ini.
Menempati unggulan ke-18, petenis remaja asal Amerika Serikat itu mampu melaju ke babak final. Gauff pun menjadi petenis termuda yang mampu melaju ke final turnamen Grand Slam, sejak Maria Sharapova pada 2004 silam.
Namun, mimpi Gauff untuk meraih titel Grand Slam pertama harus berakhir di tangan Swiatek. Petenis asal Polandia itu terbukti masih terlalu tangguh buat Gauff.
Pengalaman Swiatek tampil di partai final turnamen Grand Slam terlihat menjadi pembeda terbesar kualitas antara dua petenis putri di laga tersebut. Laju Swiatek, yang menempati unggulan pertama di French Open 2022, memang tidak bisa terbendung.
Petenis berusia 21 tahun itu tampil begitu solid sejak awal turnamen dan hanya kehilangan satu set dalam langkah menuju final. Kemenangan ini sekaligus menegaskan Swiatek sebagai petenis putri nomor satu dunia. Performa Swiatek pada sepanjang 2022 terbukti begitu impresif. Kemenangan atas Gauff menjadi kemenangan ke-35 secara beruntun Swiatek.
Sejak menelan kekalahan di babak semifinal Australia Open 2022, Februari lalu, Swiatek tidak pernah lagi merasakan kekalahan. Catatan kemenangan Swiatek ini sekaligus membawanya bersanding dengan Venus Williams dalam rekor petenis putri dengan kemenangan terpanjang dalam dua dekade terakhir tenis profesional.
Swiatek pun menajamkan rekor sebagai petenis asal Polandia tersukses di pentas tenis profesional, dengan torehan dua titel Grand Slam. Tidak berhenti sampai di situ, ia juga mencatatkan rekor tidak pernah kalah dalam sembilan laga final turnamen major terakhirnya.
''Saya berusaha menganggap partai final seperti partai-partai lain. Tekanannya memang sangat besar dan selalu menghadirkan stres yang tinggi. Namun, saya yakin, hal itu juga dirasakan oleh lawan saya. Jadi, saya berusaha untuk tidak panik,'' ujar Swiatek seperti dilansir BBC, Ahad (5/6).
Swiatek pun mengakui ada sedikit perbedaan dibanding saat merengkuh titel serupa pada 2020. Pada saat itu, Swiatek, yang baru berusia 19 tahun, bukanlah unggulan saat menghadapi Sofia Kenin di partai final.
Salah satu upaya Swiatek melepaskan ketegangan sebelum berlaga di atas lapangan adalah dengan mendengarkan musik. Dari semua genre musik, Swiatek justru memilih musik rock sebagai jenis musik yang didengarkannya sebelum tampil di sebuah laga.
Dalam kolomnya di BBC, Swiatek mengaku telah menyusun daftar lagu yang didengarkannya sebelum turun ke lapangan. Mulai dari tembang milik band rock kenamaan asal Australia, AC/DC, yang berjudul ''Thunderstruck'', lagu berjudul ''Even Flow'' milik band alternative asal Amerika Serikat, Pearl Jam, hingga lagu kepunyaan band legendaris asal Inggris, Led Zeppellin, ''Rock & Roll'', mengisi daftar lagu di gadget milik Swiatek.
''Selalu musik rock. Ada lima lagu dari Led Zeppelin, AC/DC, Pearl Jam, dan Gorillaz. Semua selalu dalam mode repeat. Terkadang, musik membantu saya untuk tetap rileks. Saya mendengarkan lagu-lagu itu saat membutuhkan energi tambahan,'' ujar Swiatek.
Menjaga konsistensi sejak dipaksa mengakhiri langkah di semifinal Australia Open 2022, Swiatek tak pernah lagi menoleh ke belakang. Anak dari salah satu atlet dayung kenamaan asal Polandia itu menjadi yang terbaik di turnamen WTA 1000, mulai dari Qatar Total Open, Indian Wells, hingga Miami Open.
Kini, semua kesuksesan Swiatek, terutama dalam paruh pertama 2022, dilengkapi dengan gelar French Open 2022. Sinar Swiatek di pentas tenis profesional pun semakin terang.
Namun, atlet kelahiran Warsawa, Polandia, itu sadar sepenuhnya soal tantangan pada masa mendatang, terutama dalam upaya mempertahankan status sebagai petenis nomor satu dunia.
''Semua orang tentu ingin berusaha mengalahkan peringkat pertama. Dunia saya benar-benar berubah sejak menempati peringkat tersebut," jelas Swiatek.