Senin 06 Jun 2022 10:50 WIB

Asteroid Kuno Ungkap Betapa Kacaunya Tata Surya Awal

Asteroid tetap tidak berubah sejak pembentukannya di awal Tata Surya miliaran tahun.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Asteroid/ilustrasi
Foto: EPA
Asteroid/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ZURICH -- Tata Surya pada awal-awal penciptaan adalah tempat yang kacau. Tabrakan bertingkat mendefinisikan Tata Surya muda kita sebagai batu, batu besar, yang berulang kali mengalami tabrakan.

Sebuah studi baru berdasarkan potongan asteroid yang menabrak Bumi menempatkan lini masa untuk beberapa kekacauan itu. Para astronom tahu bahwa asteroid pada dasarnya tetap tidak berubah sejak pembentukannya di awal Tata Surya miliaran tahun yang lalu.

Baca Juga

 

Sebuah studi baru berdasarkan meteorit besi-yang merupakan fragmen dari inti asteroid yang lebih besar- melihat isotop paladium, perak, dan platinum. Dengan mengukur jumlah isotop-isotop tersebut, penulis dapat membatasi waktu beberapa peristiwa di awal Tata Surya dengan lebih ketat.

Studi ini diungkap oleh penulis utama adalah Alison Hunt dari ETH Zurich dan National Center of Competence in Research (NCCR) PlanetS.

“Studi ilmiah sebelumnya menunjukkan bahwa asteroid di Tata Surya relatif tidak berubah sejak pembentukannya, miliaran tahun lalu,” kata Hunt, dilansir dari Sciencealert, Ahad (5/6/2022).

“Oleh karena itu, mereka adalah arsip di mana kondisi Tata Surya awal terpelihara.”

Dengan mempelajari isotop, ilmuwan memahami bagaimana unsur yang berbeda meluruh dalam rantai menjadi unsur lain. Sistem peluruhan 107Pd–107Ag berumur pendek. Rantai itu memiliki waktu paruh sekitar 6,5 juta tahun dan digunakan untuk mendeteksi keberadaan nuklida berumur pendek dari Tata Surya awal.

18 sampel meteorit

Para peneliti mengumpulkan sampel 18 meteorit besi berbeda yang pernah menjadi bagian dari inti besi asteroid. Kemudian mereka mengisolasi paladium, perak, dan platinum di dalamnya dan menggunakan spektrometer massa untuk mengukur konsentrasi isotop yang berbeda dari tiga unsur. Isotop perak (Ag) tertentu sangat penting dalam penelitian ini.

Selama beberapa juta tahun pertama sejarah Tata Surya, peluruhan isotop radioaktif memanaskan inti logam di asteroid. Saat mendingin dan lebih banyak isotop yang meluruh, sebuah isotop perak (107Ag) terakumulasi di inti. Para peneliti mengukur rasio 107Ag dengan isotop lain dan menentukan seberapa cepat inti asteroid mendingin dan kapan.

Ini bukan pertama kalinya para peneliti mempelajari asteroid dan isotop dengan cara ini. Tetapi penelitian sebelumnya tidak memperhitungkan efek sinar kosmik galaksi (GCR) pada rasio isotop.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement