REPUBLIKA.CO.ID, LONDON--Pelatih timnas Inggris Gareth Southgate mungkin salah satu pelatih yang harus sibuk mengurus masalah rasisme yang diterima oleh pemainnya.
Sebab beberapa pemain berbakat Inggris berkulit hitam. Mereka seringkali mendapatkan perlakuan rasis di lapangan.
Banyak pelatih klub maupun timnas mengesampingkan isu ras dan rasisme. Mereka lebih menyerahkan semuanya kepada pihak berwenang dengan tetap berpegang kepada teori lama bahwa pemain yang menjadi target rasis harus berbicara sendiri di lapangan.
Hal tersebut sepertinya tak akan menyelesaikan masalah. Kasus rasis di media sosial kepada Marcus Rashford dan Jadon Sancho ketika gagal mengeksekusi penalti di final Euro 2020 salah satu contoh perlakuan kepada mereka yang membuat Southgate pusing.
Atau sekelompok orang yang kadang menyanyikan nyanyian monyet di lapangan. Southgate rupanya pelatih yang lebih bersuara lantang melawan rasisme yang diterima pemainnya.
Dilansir dari Mirror, Rabu (8/6), tahun lalu ia melakukannya ketika melawan politisi sayap kanan yang membela hak pendukung yang mencemooh pemain sendiri jelang final Euro 2020. Minggu ini ia kembali bersuara tentang pentingnya melawan rasisme.
Southgate dan tim ahli telah lama menyadari bahwa sepakbola memiliki kewajiban merawat para pemain muda dari tindakan rasisme karena mereka juga menghibur banyak orang di lapangan.
Menurut dia permainan di lapangan bukan hal utama setelah kesejahteraan mentan dan emosional pemain. Ia tak ingin pemain mengelola kekhawatirannya sendiri.
UEFA mungkin sedang mencari cara untuk menekan negara anggotanya lebih keras tetapi solusinya belum ada. Simbol lawan rasis dengan cara berlutut belum cukup.
Southgate berpendapat mungkin para pelaku lebih akan mendengarkan nasihan dari seseorang yang mirip dengannya. Teorinya permainan tak lebih penting dari kesejahteraan pemain.
Tetapi dalam faktanya teori itu tak sesuai di lapangan. Tindakan rasis tetap saja terjadi sehingga Southgate harus memikirkan segala hal untuk memainkan mereka seperti trauma.
Banyak atlet dunia merasakan bagaimana dahsyatnya dampak tak sejahteranya mental seperti yang dialami Simone Biles di senam, Naomi Osaka di tenis dan Ben Stokes di Kriket. Pendekatan memang harus dilakukan untuk menemukan cara mengatasi rasisme.