Kamis 09 Jun 2022 07:31 WIB

Harga Minyak Dunia Melonjak ke Level Tertinggi dalam 13 Pekan Terakhir

Lonjakan harga dipicu konsumsi bensin AS dan ekspektasi permintaan minyak China.

Ilustrasi harga minyak mentah dunia.
Foto: EPA/Mark
Ilustrasi harga minyak mentah dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Minyak melonjak lebih dari dua persen ke level tertinggi 13 pekan pada akhir perdagangan Rabu (8/6/2022) atau Kamis (9/6/2022) pagi WIB. Lonjakan harga dipicu konsumsi bensin AS yang terus meningkat dan ekspektasi permintaan minyak China akan naik menghadapi kekhawatiran pasokan yang meningkat di beberapa negara, termasuk Iran. 

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus naik 3,01 dolar atau 2,5 persen, menjadi menetap di 123,58 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Juli bertambah 2,7 dolar AS atau hampir 2,3 persen, menjadi ditutup di 122,11 dolar AS per barel. 

Baca Juga

Itu penutupan tertinggi untuk Brent dan WTI sejak 8 Maret, yang merupakan penyelesaian tertinggi sejak 2008.

Iran mengatakan, pihaknya menghapus dua kamera pengintai Badan Energi Atom Internasional di fasilitas pengayaan uranium ketika dewan pengawas nuklir PBB itu mengeluarkan resolusi yang mengkritik Iran karena gagal menjelaskan sepenuhnya jejak uranium di situs yang tidak diumumkan.

Langkah itu telah meningkatkan ketegangan dengan Amerika Serikat dan negara-negara lain yang bernegosiasi dengan Iran mengenai program nuklirnya, dan kemungkinan akan membuat sanksi tetap berlaku dan minyak Iran keluar dari pasar global lebih lama.

Para analis mengatakan, kesepakatan nuklir dengan Iran dapat menambah sekitar 1 juta barel per hari (bph) minyak mentah ke pasokan dunia. Persediaan minyak mentah komersial AS naik secara tak terduga minggu lalu, sementara minyak mentah di Strategic Petroleum Reserve (SPR) turun dengan jumlah rekor karena input penyuling naik ke level tertinggi sejak Januari 2020, kata Badan Informasi Energi AS.

Stok bensin AS turun secara mengejutkan 800 ribu barel karena permintaan bahan bakar naik meskipun harga di SPBU melonjak tinggi. Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan stok bensin naik 1,1 juta barel.

"Penarikan bensin adalah sorotan dari laporan dengan pasar yang ketat di seluruh AS," kata Tony Headrick, analis pasar energi di CHS Hedging, mencatat permintaan tetap kuat bahkan dengan harga di SPBU di atas 5,0 dolar AS per galon di banyak bagian negara.

Klub otomotif AAA mengatakan, rata-rata harga bensin tanpa timbal reguler ritel nasional mencapai rekor 4,955 dolar AS per galon pada Rabu (8/6/2022).Pedagang minyak memperkirakan permintaan bahan bakar di China akan pulih karena penguncian untuk memerangi pandemi dilonggarkan di importir minyak terbesar dunia itu.

"Dengan pemulihan permintaan sebanyak 1,0 juta barel per hari di China dan peningkatan secara musiman di AS, bahkan dengan penarikan SPR yang tercatat mungkin terbukti tidak cukup untuk ... menyeimbangkan pasar yang kekurangan pasokan secara signifikan," kata analis di EBW Analytics dalam sebuah catatan.

Badan Energi Internasional memperingatkan, Eropa yang telah memberikan sanksi kepada Rusia setelah invasinya ke Ukraina, dapat menghadapi kekurangan energi pada musim dingin mendatang.Di sisi penawaran, para pedagang mencatat beberapa negara dapat menghadapi masalah dalam meningkatkan produksi.

Di Norwegia, sejumlah pekerja minyak berencana untuk mogok mulai 12 Juni karena pembayaran upah, menempatkan beberapa produksi minyak mentah dalam risiko penutupan.Upaya Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu mereka, termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, untuk meningkatkan produksi.

"Tidak menggembirakan", kata Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei, mencatat produksi kelompok itu saat ini kurang dari 2,6 juta barel per hari dari targetnya.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement