Pedagang di Kota Malang Keluhkan Harga Cabai dan Bawang Merah yang Naik Tajam

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin

Pedagang di Kota Malang Keluhkan Harga Cabai dan Bawang Merah yang Naik Tajam (ilustrasi).
Pedagang di Kota Malang Keluhkan Harga Cabai dan Bawang Merah yang Naik Tajam (ilustrasi). | Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman

REPUBLIKA.CO.ID,MALANG -- Pedagang di Pasar Besar Kota Malang, Agus Salam mengeluhkan harga cabai dan bawang merah yang naik tajam. Kenaikan ini mulai dirasakan sejak Lebaran 2022 sampai sekarang.

Menurut Agus, semua jenis cabai mengalami kenaikan harga. Harga cabai rawit naik dari Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu berubah menjadi Rp 90 ribu per kilo (kg). "Cabai besar sekarang harganya Rp 80 ribu dari harga Rp 25 ribu sampai 30 ribu," ucap pria berusia 47 tahun ini kepada Republika di Pasar Besar Kota Malang, Kamis (9/6/2022).

Selain itu, harga bawang merah juga mengalami hal serupa. Komoditas ini semula dihargai Rp 40 ribu lalu naik menjadi Rp 50 ribu per kg. Sementara itu, harga bawang putih masih stabil sekitar Rp 20 ribu per kg.

Berdasarkan laporan yang diterima, kenaikan cabai dan bawang ini diakibatkan cuaca. Cuaca yang tak menentu menyebabkan tanaman mudah rusak. Sementara itu, pengepul lebih memprioritaskan pasokan cabai dan bawang merah ke luar kota yang kebutuhannya cukup besar.

Akibat kondisi tersebut, pemasukan Agus dan para pedagang lainnya ikut terpengaruh. Penjualan cabai rawit yang biasanya habis 40 kg menjadi 30 kg per hari. Begitu pula dengan bawang merah yang semula acap terjual hingga satu kuintal menjadi 70 kg. 

"Jadi menurun. Kayak orang-orang belanja juga terpaksa mengurangi. Biasanya langganan satu kilogram, jadi cuma setengah kilo atau tiga perempat," ucap pria asli Malang ini.

Agus berharap harga semua komoditas di pasar bisa kembali normal. Pasalnya, tidak hanya cabai dan bawang tetapi harga sayuran juga ikut terdampak akibat cuaca. Hal ini diperparah dengan harga minyak goreng yang masih cukup tinggi.

Kenaikan harga sejumlah komoditas nyatanya memberikan dampak negatif  untuk pedagang nasi bungkus lalapan di Lowokwaru, Kota Malang, Nyoman Idawati. Dia mengaku keberatan dengan adanya kenaikan harga pada cabai. Kondisi ini membuatnya mengurangi ukuran olahan dan tingkat kepedasan makanannya.

Semenjak harga cabai naik, Nyoman juga tidak berani membeli komoditas tersebut dengan takaran besar. Saat ini dia hanya bisa membeli cabai sekitar seperempat kg, bukan setengah kg seperti sebelumnya. "Ini jadinya omzet turun setelah ada kenaikan komoditas itu, turun 20 persenan. Tapi nggak ngitung berapa rupiahnya, yang jelas turun karena kan bebannya naik dari bahan pangannya," ucapnya.

Kebutuhan cabai untuk makanan tidak hanya dirasakan Nyoman sebagai pedagang nasi lalapan. Ibu Rumah Tangga asal Kedungkandang, Yuli Rachmawati juga mengaku keluarganya sangat menyukai makanan pedas. Sebab itu, cabai termasuk komoditas yang harus ada di dalam olahan masakannya.

Namun semenjak ada kenaikan harga, Yuli mencoba mengurangi konsumsi cabai. Dia biasanya membeli cabai sekitar satu kg tetapi kini dikurangi menjadi 0,5 kg. "Bahkan, saya tadi beli seperempat kilogram saja," ucapnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Hujan Ekstrem Hingga Banjir Bikin Harga Cabai Makin Mahal

Harga Mahal, Kemendag Sebut Pasokan Cabai di Bawah Kondisi Normal

Pemprov Jatim Berupaya Stabilkan Harga Cabai Sebelum Idul Adha 1443 H

Khofifah Ungkap Dua Faktor Penyebab Tingginya Harga Cabai

Harga Telur Hingga Bawang Merah Naik, Disdagin Kota Bandung: Cuaca tak Menentu

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark