Kamis 09 Jun 2022 17:16 WIB

Mitratel Perluas Portofolio Bisnis ke Fiber Optic dan Edge Infra Solution

Mitratel sedang membangun sekitar 7.000 kilometer jaringan fiber

Mitratel sedang membangun sekitar 7.000 kilometer jaringan fiber untuk memperluas bisnisnya. (ilustrasi).
Foto: Telkom
Mitratel sedang membangun sekitar 7.000 kilometer jaringan fiber untuk memperluas bisnisnya. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk/Mitratel (MTEL) akan memperluas portofolio non-menara, yakni fiber optic dan egde infra solution. Saat ini perusahaan sedang membangun sekitar 7.000 kilometer (km) jaringan fiber yang ditargetkan selesai semester II 2022.

"Kami tidak hanya berhenti pada penyedian tower tapi masuk portofolio related tower seperti fiber optic untuk memastikan BTS quality of service yang baik, penyediaan power to tower dan egde infra solution atau mini data center yang dipasang pada tower," jelas Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam FGD Telkom Grup di Yogyakarta, Rabu (8/6/2022).

Baca Juga

Theodorus menambahkan tahap selanjutnya pembangunan mini data center atau edge infra solution yang menyasar para pengguna yang sensitif terhadap latensi. "Kami akan kembangkan fiber optic, microcell, power to tower dan edge infra solution," jelas dia, seperti dalam siaran pers, Kamis (9/6/2022).

Menurut Theodorus, perluasan portofolio tersebut untuk mencapai visi misi Mitratel menjadi digital infrastructure company, tidak hanya melalui aksi inorganik dan agresif dalam penetrasi pasar melalui aksi organik tetapi juga melakukan penambahan portfolio baru.

Selain itu, Mitratel juga masih memiliki peluang pertumbuhan yang sangat tinggi. Sebagai perusahaan dengan kepemilikan tower menara terbanyak yakni 28.577 unit menara, Mitratel akan meningkatkan tenancy ratio dan menambah jumlah menara melalui akuisisi.

"Jadi ruang kami untuk tumbuh masih sangat besar untuk meningkatkan tenancy ratio karena 58 persen tower kami ada di luar Jawa yang menjadi daya tarik operator telekomunikasi untuk memperluas jaringannya dan pertumbuhan ekonomi pesat di Sumatera, Kalimantan, dan lainnya," ujar dia.

Mitratel juga memiliki competitiveness berupa sinergis dengan Grup Telkom yang menjadi modal besar perusahaan untuk ditawarkan kepada para tenant.

Sementara itu, terkait buyback saham, Direktur Investasi Mitratel, Hendra Purnama mengatakan harga saham MTEL di pasar saat ini tidak mencerminkan kondisi fundamental perusahaan. Hal itulah yang melatarbelakangi dilakukannya pembelian kembali saham Mitratel.

"Intensionnya terutama yaitu yang waktu kita announce adalah karena kita melihat ada gap antara valuation dengan yang ada di market saat itu," kata Hendra.

Dari komunikasi dengan kalangan investor, lanjutnya, banyak investor menilai fundamental Mitratel bagus, kuartal pertama result (laporan keuangan) juga inline, namun harga di pasar tidak tercermin sehingga diputuskan buyback.

Kemarin, harga saham PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) ditutup melemah 1,36 persen di level Rp 725 per unit. Namun dalam sepekan terakhir harga saham MTEL masih mencatatkan apresiasi 5,84 persen.

Kenaikan harga saham MTEL tersebut terjadi setelah perseroan berencana untuk melakukan aksi korporasi berupa pembelian kembali (buyback) saham.

Anggaran yang disiapkan oleh perseroan mencapai Rp 1 triliun atau setara dengan 5,3 persen dari total modal disetor. Adapun  waktu pelaksanaan buyback sendiri ditetapkan mulai dari 2 Juni sampai 2 September 2022 atau dalam 3 bulan ke depan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement